Review Novel Persuasion: Masih Tentang Hutang dan Cinta Lama

Setelah novel Pride and Prejudice, akhirnya kesampaian juga saya mengkhatamkan novel lainnya dari Jane Austen, Persuasion. Novelnya Mbak  eh apa Mbah ya? hehehe Kan dia hidup di abad 18. Ya gitu lah.  Novelnya dia ini nyastra banget, harus dikunyah pelan-pelan belum lagi jalinan konflik di dalamnya cukup rumit. Seringkali kali saya  harus mundur beberapa halaman cuma buat mengingatkan alur sebelumnya.
Review Novel Persuasion
Kalau kata saya nih, pas baca novelnya Jane Austen siapin deh marker atau kalau sayang bukunya jadi cemong sediain stick note buat menandai bagian tertentu. Pas kita ngetrack balik sekian lembar ke belakang ga pusing nyarinya.

Tentang novelnya Pride and Prejudice bisa baca di sini: Novel Klasik Pride and Prejudice

Ini blurbnya.  Ceritanya males nyalin huehehe.
Review Novel Persuasion: Masih Tentang Hutang dan Cinta Lama
dokumen pribadi
Judul Buku: Persuasion
Penulis: Jane Austen
Genre : Classic Romance
Penerbit: Noura - 2015
ISBN: 978-602-0989-45-7
Tebal: 370 Halaman

Ini adalah buku kedua dari Jane Austen yang saya baca setelah Pride and Prejudice. Alur ceritanya bertema serupa.  Tentang perjodohan dengan aturan ningrat ala orang British sana yang ngehe dan masih berurusan juga dengan warisan. Jadi keingetan soal ini. Kenapa ya di Inggris (dulu,  entah sekarang) kalau ada keluarga yang ga punya anak laki-laki, keponakannya ujug-ujug jadi punya hak? Nanti saya kepoin deh.

Tokoh utama di novel ini adalah Anne yang punya satu kakak, Elizabeth dan satu adik, Mary. Eh sebentar, sebelum Mary ada sih adiknya cowok tapi meninggal saat lahir. Anne ga seberuntung Lizzy-nya Pride and Prejudice. Lizzy sih, masih beruntung. Dia  punya kakak yang bisa dijadikan teman curhat, udah kayak sahabat. Sementara sama Elizabeth, Anne kurang nyambung. Si sulung cenderung arogan, kayak babehnya. Sir Walter Elliot sang kepala keluarga yang juga duda ini bangga dengan gelar bangsawannya, doyan pesta pora, padahal lagi  dililit utang, nyaris jatuh miskin. 

Anne woles ketika disarankan untuk pindah meninggalkan Kellynch Hall yang megah ke rumah yang sederhana,   demi menyelamatkan cash flow  keluarganya  dari ancaman kebangkrutan. Sedangkan Elizabeth nurutin karena terpaksa. By the way, soal rumah, kayaknya orang Inggris lama suka memberi nama khusus untuk rumahnya. Kalau di Pride and Prejudice kan dikasih nama Netherfield.

Sir Walter Elliot, babehnya Anne ini juga tipikal seorang ayah yang konservatif. Doyan makan gengsi juga ribet dengan urusan bibit, bebet dan bobot. Di matanya, Frederick Wenworth adalah no body (alasan utamanya putus dengan Anne). Belakangan Wenworth karirnya di angkatan laut sudah menapaki jenjang yang lebih baik pun ga ngaruh. Baginya,  Wenworth tidak memiliki asal usul bangsawan yang bisa dibanggakan. Sir Walter Elliot juga suka menilai orang dari fisik dan muka. Rese banget. Seenaknya  mengatakan si ini jelek, si itu hitam, si itu ga cakep dan bla bla bla... Bahkan untuk klien yang punya kedudukan setara pun masih aja usil dikomenin.  Nyebelin, kan?

Makanya dia rempong dengan krim muka untuk menjaga mukanya tetap kinclong dan mulus. Lebih centil dari anaknya.
Review Novel Persuasion: Masih Tentang Hutang dan Cinta Lama
sumber gambar: teachwithmovies.com
Konflik masalah semakin rumit ketika orang yang cocok jadi penyewa rumah, Mr dan Mrsk Musgrove mendatangkan orang-orang lain, masa lalunya Anne,  Frederick Wenworth, sang mantan, lalu ada Elliot muda, sang saudara sepupu yang juga calon pewaris, ditambah ipar-iparnya  Mary -  Louisa dan Henrieta - yang kecentilan jual pesona. Bikin gemes.

Udah kayak sinetron, ya. Untungnya Anne ga baperan alias bawa perasaan bin drama. Terlalu baik drama menurut saya. Ketika ada  gelagat kapten Wenworth malah merapat dengan salah satu dari iparnya Mary, Anne tetap tabah. Si centil dan ga bisa diem -  Louisa,  mengalami kecelakaan yang konyol,  malh Anne lah yang merawatnya.

Ada juga Lady Russel, kenalan keluarga Elliot yang sudah dianggap seperti bagian dari keluarga ini yang begitu carenya dengan semua printilan keluarganya Anne. Ga rese, sih karena justru adanya Lady Russel ini membuat Anne punya teman curhat segala  soal mulai urusan Kellynch Hall, saudara-saudaranya dan ehm... antara Elliot atau Wenwojuga

Sayangnya sebaik-baiknya Lady Russel beliau mudah ilfil dan susah baikan lagi sama orang.  Kalau Anne masih bisa santai menghadapi sang mantan, Lady Russel ga bisa menyembunyikan ketidaksukaannya pada Frederick Wenworth. Lebih suka kalau Annmenikah dengan sepupunya. Padahal antara mereka ada persoalan lama yang harus dituntaskan.

Permasalahan demi persoalan  mulai hadir. Mulai jati diri sang sepupu  yang berbeda versi dan membingungkan, Wenworth yang masih punya rasa tapi seolah-olah sudah 'ditag' iparnya Marry, Kapten Benwick, perwira yang sudah menyandang status duda yang secara malu-malu mengirim sinyal suka,  dan Mrs Clay, yang diam-diam ngemodus mendekati ayahnya Anne.

Meski mengangkut rombongan sirkus alias banyak karakter di novel yang juga diangkat jadi film dan serial (bisa dilihat di youtube mulai yang parsial atau full, versi oldies atau rada gress), ceritanya ga serumit kisahnya Pride and Prejudice. Tapi saya masih cinta sama tokohnya Lizzynya Pride and Prejudice itu, sih.  Anne kurang ekspresif alias lempeng, terlalu kalem dan ga se-asertif Lizzy, meski sama-sama smart dan charming.  Tapi tetep asik buat dibaca.  Nah, untuk versi filmnya saya belum sempet nonton. Nanti deh, saya masukin wish list to watch. 3,5 dari 5 bintang deh buat novel klasik ini. 

Post a Comment

2 Comments

  1. ini tingkat tinggi dan memang benar-benar bagus...

    *salam kenal dari saya, cindiriyanika.com ^^

    ReplyDelete
  2. wahhh bagus reviewnya ini.... sipp... baca segitu kurang puas.. pengennya baca keseluruhan..

    ReplyDelete