Review Film Avenger: Infinity War

Pernah membayangkan tidak, kalau ada puluhan  pahlawan berkumpul dalam satu film dan menghadapi satu musuh yang sama, ya? Mungkin ada yang galau memilih siapa yang bakal dinggulin sebagai hero yang paling menonjol dan mencuri perhatian. Kalau ada puluhan wajah karakter hero yang muncul bergantian di layar, masih yakin, bakal fokus dan terpesona sama satu sosok pahlawan yang jadi jagoan kita seperti di film Avenger Infinity Wars?

Film produksinya Marvel ini memang sudah mencuri perhatian jauh-jauh hari sebelum tayang. Tiket pre-salenya pun laris manis, dibooking rame-rame. Paling kalau ada studio yang menyisakan kursi kosong pun hanya di deretan depan dengan risiko leher yang terasa pegal karena terus menengadah sepajang 149 menit filmnya tayang. 


Saya termasuk salah satu penonton yang beruntung menyaksikannya di hari pertama, di layar 4DX pula. And i tell you, guys. I feel entertained well. 

Genosida dan Deret Malthus

Thanos sangat berambisi mengumpulkan 6 batu Infinity, apapun caranya. Katanya sih untuk dunia yang lebih baik. Ah, masa? Terus kenapa harus melakukan genosida?  Dibalik tujuannya yang terkesan mulia, tetap saja apa yang ia lakukan itu jahat. Saya jadi keingetan teori ekonomi dulu tentang deret Malthus. Intinya Malthus ini bilang pertumbuhan populasi manusia tidak sebanding dengan persediaan makananan. 
Terus apa hubungannya  genosida dengan teori ini? Malthus lupa, usia itu kreatif. Kita kan, dikarunia otak yang cerdas dan selalu saja ada ide untuk menyelesaikan masalah. Ya, kan? Mungkin kalau disuruh kuliah, Thanos harusnya ngambil jurusan Ekonomi Kreatif biar dia tau, dunia ga sesempit yang dia kira.


Emosi Itu Perlu

Siapa bilang punya emosi itu ga baik? Ada kalanya emosi itu kita perlukan. Hulk misalnya. Mahluk hijau berotot ini berkali-kali merasa kesal karena ketika masih mejadi Bruce dia dibuat bete mengalami kesulitan transformasi. Beda dengan si pecicilan Peter Parker misalnya yang dengan mudahnya menjadi Spiderman.

Bukan Hanya Aksi dan Fantasi

Bukan saja menghibur dengan banyak aksi fantasi para heroes, saya terhibur dengan banyak rasa yang hadir di film ini. Drama love and hate relationship antara Thanos dan Gamora, si anak angkat atau haru birunya cerita cinta antara Vision  dan Scarlt Witch menunjukkan mereka juga punya sisi sentimen yang bisa bikin mewek. Walau sebenernya saya ga dibuat mewek. Celotehan dan omelan lucu sesama karakter paling sering terdengar selama saya nonton. Bahkan, ada satu scene  ketika Thanos menginterogasi pun ga terdengar galak. Lebih mirip merayu. "Yuhuuuu, where is the stone?" . Sebentar, sebentar. ini Thanos apa Shrek? :D 
sumber: http://www.artofvfx.com

Komposisi Seimbang dan Banyak Twist

Buang ekspektasi jauh-jauh si hero ini bakal menonjol, hero itu bakal outstanding dan harapan lainnya.Walau banyak karakter yang dimunculkan. Avenger: Infinity War memberikaan porsi yang cukup berimbang bagi semua tokoh yang muncul. Sampai saat ini, kalau ditanya secara objektif saya  bingung kalau ditanya karakter mana yang paling mencuri perhatian. Spiderman, Scarlet Witch, Stephen Strange, Thor, Black Panther atau yang lainnya? Tapi yang jelas, Thanos  memang paling banyak mendapat porsi untuk tampil. Ya udah, kasih dia panggung hahaha. 

Efek Film

Jangan ditanya kalau soal efek filmnya. Ini porsi yang poin penilainnya saya kasih paling gede. 9 dari 10. Apalagi kalau  nontonnya  di di studio 4DX  CGV Paris Van Java. Kursi yang saya dan penonton duduki bergerak mengikuti alur film. Kadang bergoyang ke samping. kadang kursi yang kita duduki seperti dijulurkan ke depan. Sesekali rasanya ada yang menendang kursi dari belakang. Dalam satu part, ketika armadanya Black Panther  menghentakan senjata ke tanah, saya ikut merasakan pijakan kaki ikut bergetar juga.  Kalau jarang olahraga, efeknya lumayan berasa, Badan rasanya remuk.

Efek 4DX disesuaikan dengan setiap karakter, kekuatan dan sifat dari para pahlawan. Misalnya saja nih, untuk adegan aksi Kapten Amerika, akan munculefek kombinasi motion dan back tickler. Lalu di bagian  lain, penggemar 4DX akan merasa seolah-olah ikut terbang bersama Iron Man plus efek getar dan melayang. Sementara saat Dr Strange muncul, akan hadir cahaya strobe yang magis. In part yang paling saya suka, lho. Lalu ada juga efek air shot dari hero unyu-unyu  Spiderman dengan jaring laba-labanya.

sumber: http://www.artofvfx.com

Ada lebih dari 20 efek yang diramu khusus untuk film Avengers: Infinity War  kalau kalian nonton dalam format 4DX ini. Bakal jadi pengalaman nonton yang seru dan tidak terlupakan.

Baca juga ini Serunya Nonton Film Along With The Gods

Tapi yang paling saya suka dari fasilitas 4DX ini adalah penggunaan kacamata 4 dimensi. Layar film rasanya cuma berjarak sekian senti dari pandangan mata. Buat saya yang maranya agak siwer ini sangat membantu karena sub title jadi lebih jelas terbaca. Citra yang muncul rasanya lebih real, kadang saya sempat mikir kalau satu tangan dijulurkan ke depan bisa menyentuh wajah gantengnya Chris Evans si Kapten Amerika , Chriss Path si Peter Quill atau Benedict Cumberbatch si dr Strange yang macho itu.  You wish!

Dalam obrolan kemarin dengan Yuli Priscilia, perwakilan dari CGV Paris van Java, setidaknya sampai rabu siang, 25 April 2018 kemarin sudah ada 7.000 tiket yang dibooking. Semua tiket ini tersebar di 11 studio yang siap menayangkan film Avenger. Bukan hanya di studio 4 DX saja. Kalau ingin menonton dengan rasa biasa karena tidak mau dibuat pusing dengan fitur 4DX, bisa kok nonton di studio biasa.  

Post a Comment

4 Comments