Ramanujan: Penemu Banyak Rumus Matematika

Jaman sma dulu, saya pernah dibuat frustasi. Susah banget ngertinya sama yang namanya pelajaran matematika. Absen? masuk terus. PR dikerjain tetep aja mbulet. Berjam-jam ngutak ngatik tetep aja salah. 

Nilai ulangan doremi mulu, udah langganan diher atau bahasa sekarang kena remidial.  Kalau ada temen yang suka bolos terus dia diterangin dikit aja sama temen lain dan dia langsung ngerti saya sebel dibuatnya. Lah, kok bisa segampang itu pahamnya?



Ternyata bukan teman saya seperti itu aja yang cepet nyantolnya dikasih rentetan rumus dan tau gimana cara pakenya. Mundur sekitar seabad ke belakang, ada seorang India bernama Srinivasa Ramunajan. 

Dia belajar matematika bukan lewat akademik, tapi secara otodidak. Ga mengenyam pendidikan formal. Luar biasanya dia ini sampe dapat pengakuan dari Trinity College, Cambridge Inggris sana. Sirik? Enggak, malah saya amaze

Kisah Ramunajan ini diangkat jadi sebuah film Biopik pada tahun 2015. Sebelumnya, kisah Ramunajan ini juga udah ditulis dalam sebuah buku yang jadi inspirasi filmnya.  Udah lihat filmnya? Saya ceritain reviewnya di sini, ya.

Yang meranin Ramunajan ini adalah aktor India yang jam terbangnya udah ga diraguin lagi. Kalau ga familiar sama filmografinya,  pasti tau dong film terakhirnya Hotel Mumbai itu? Tokoh Arjun, karyawan jotel yang heroik meski harus meninggalkan keluarganya itu ya di ini yang meranin.  No doubt deh, skill akting aktor berusia 30 ini emang moncer.

Yuk, balik lagi ke cerita.


Sempat Ga Dianggap


Ramunajan mendapat panggilan untuk datang ke Inggris, membuktikan teori persamaan yang dibuatnya. Di Madras, kampung halamannya keluarga Ramunajan berat melepaskan kepergiannya. Kata istrinya, Janaki (Devika Bhise) sebagai seorang Brahma, ia ga boleh pergi meninggalkan kampung halamannya.  

Tapi tekad Ramunajan begitu kuat. Ilmu pengetahuan tidak boleh ikut terbawa mati bersamanya.  Meski dengan berat hati akhirnya Janaki dan ibunya merelakan kepergian Ramunajan.  

Oh iya Ramunajan ini lahir tahun 1887. Ia menikah dengan Janaki di usianya yang masih muda banget, 12 tahun. Waktu ngirim surat ke profesor Hardy, pekerjaan Ramanujan bukan seorang akademisi atau pekerjaan dengan status sosial lainnya yang bergengsi. Ia cuma seorang buruh di pelabuhan. Janaki sendiri sang istri masih berusia 10 tahun saat menikah.

Waktu pergi ke Inggris saat itu jelas belum ada pesawat terbang. Perjalanan yang entah berapa lama itu ditempuhnya dengan kapal laut.  Kenapa bisa seorang Brahma jadi buruh di pelabuhan ga diceritakan di film ini. Next saya pengen cari tau juga soal ini.

Sampai di Inggris, Ramunajan ga serta merta mendapat sambutan menyenangkan. Apalagi tahun segitu India sedang dalam masa penjajahan Inggris.  Pandangan dan sikap meremehkan pada dirinya segera menyergap Ramunajan. Ramunajan ga pantas berada di sana.


Untungnya ada Prof Hardy dan Littlewood yang sangat welcome. Meskipun Prof Hardy awalnya terkesan cuma memanfaatkan Ramunajan untuk ambisinya yang sangat tergila-gila sama ilmu pengetahuan. 

Dalam satu waktu Littlewood  - asistennya yang diolok-olok sebagai manusia hasil imajinasi Hardy - meledek Hardy kalau profesor yang perokok berat itu sebenarnya ga melajang, tapi dia menikah sama karirnya. Saking workaholicnya sih Porfesor ini.

Pribadi Jenius yang Low Profile

Yang bikin salut dari sikap Ramunajan ini, meski jenius banget, Ramunajan ga pernah besar kepala. Low profille banget bahkan waktu dibully oleh koleganya di kampus, diremehkan oleh dosen ia tetap tenang. Mungkin karena ia seorang hindu yang taat, letupan konflik yang disulut oleh lingkungannya itu dianggap angin lalu.

Diluar pandangan rasis dari pihak kampus, sebenarnya pihak Trinity College memandang Ramunajan sebagai aset berharga.  Karena ga pernah mengenyam bangku kuliah, Ramunajan mau ga mau harus ikut beberapa kelas agar ia bisa menyampaikan temuannya itu dengan cara ilmiah lewat serangkaian pembuktian pada masanya. 

Ramunajan bersikukuh teorinya sudah benar dan ga perlu lagi kuliah. Pihak kampus ga percaya. Udahlah dua-duanya pakeukeuh-keukeuh dengan argumen masing-masing. 

Ramunajan arogan? Enggak. Karena dia ujug-ujug tau Matematika itu adalah semacam mukjizat dari Tuhan. Apalagi yang harus dijelaskan? Tapi science butuh penjelasan yang logis. Ga bisa ngandelin intuisi semata.

Belakangan pihak kampus dibuat terbelalak dengan hasil pembuktian Ramunajan. Kalaupun ada kesalahan yang ditemukan, ga sampai 2%nya. Luar biasa.


Meskipun ngebahas teori-teori dan rumus matematika, saya dan siapapun yang basicnya anak sosial dan mungkin boleh jadi benciiii sama hitungan, nonton film ini akan dibuat terpana. 

Rangkaian rumus macam integral dan kemungkinan rumus kombinasi angka macam permutasi digambarkan dengan dialog yang ringan.  Ga pake mikir lama, kotretan atau sempoa, Ramunajan bisa menghitung  kelipatan angka, akar kuadrat atau hitungan lainnya dalam sepersekian detik.

Di tengah-tengah perjuangan Ramunajan buat menbuktikan teorinya, Ramunajan dibelit rindu yang menyiksa. Entah berapa surat yang sudah dikirim ga pernah sampai ke tangan istrinya. Di saat yang sama istrinya juga dibuat patah hati karena merasa Ramunajan sudah melupakannya.  

Patah hati karena pihak ketiga yang tidak ingin keduanya bersatu di film ini mestinya jadi terasa leih dramatis tapi kurang diangkat. Film lebih fokus pada usaha pembuktian karya ilmiah Ramunajan membuat konflik sedikit monoton. 


Perang dan Tuhan

Saat perang dunia pertama meletus, Ramunajan terserang sakit. Sementara ia diburu rindu harus menemukan kembali Janaki,  deadline untuk menyelesaikan penelitiannya semakin dekat.  Ramunajan divonis umurnya tidak akan lama lagi sehingga dokter menyuruhnya untuk 'menyiapkan' masa depannya.  Scene ketika Hardy menyeka keringat Ramanujan ini sungguh bikin mencelos. Seorang yang religius seperti Ramanujan berhasil meluluhkan hati Hardy yang tidak percaya Tuhan. 

 "No, Sir. You believe in God. You just don't think He likes you" 

Gitu kata Ramanujan sama Hardy saat membahas soal keyakinan. Dibilangin gitu, profesor malah senyum, ga ngambek.



Ramunajan yang fokus dengan tanggung jawabnya itu sempat membuat Hardy takjub.  

"Kok kamu bisa tau matematika gitu, sih?" kurang lebih kayak gitu pertanyaan Prof Hardy satu waktu.  Ramunajan cuma menajawab enteng dengan jawaban religiusnya.

"Rumus-rumus persamaan matematika itu datang dari Namagiri. Dia berbicara  padaku, menyimpan rumus di lidahku waktu aku tidur"




Serendah hati itu, ga ada gesture atau omongan angkuh yang keluar dari mulutnya. Hardy yang aslinya seorang ateis cuma manggut-manggut aja. Ga pernah menyanggah jawaban Ramunajan. Mungkin yang ada dipikirannya kayak gini. "Terserah kamu lah, yang penting karya ilmiahmu itu bisa dibuktikan".

Lain waktu Hardy yang sebenarnya punya hati yang lembut itu sempat diceritakan ada dalam situasi kehampaan ketika pecah perang dunia pertama.  

Littlewood yang harus ikut wajib militer membela negara itu bilang sama Hardy setidaknya ia punya Tuhan yang akan menenangkannya. Perang tidak membuat dia takut.  Hardy tertegun dibuatnya.



Ramunajan dalam Kehidupan Nyata


Ramunajan wafat dalam usia muda.   Ia meninggal dalam usia 32 tahun, setahun setelahh ia menyelesaikan pembuktian teorinya, ia kembali ke tanah air mencari Janaki. Ribuan mil jarak  tidak membuat ia putus komunikasi dengan Prof. Hardy.  Udah kayak pacar aja, profesor Hardy ini segitu merindunya pas berpisah sama Ramunajan.
  

Buku catatan Ramunajan yang berisi rumus-rumusnya sempat menghilang dan dikabarkan ditemukan pada tahun 1976. Rumus-rumusnya memberikan kontribusi penting bagi ilmu pengetahuan termasuk salah satunya digunakan untuk memahami karakter lubang hitam alias black hole.

Walau biopic ini bercerita tentang orang India, film ini jauh dari nuansa film-film India seperti nyanyi atau joged. Meskipun ada tim produksi dari India yang dilibatkan, tim film The Man Who Knew Infinity ini sebagian besar diisi oleh sineas barat.

Sinematografinya yang apik akan membantu mengusir rasa ngantuk selama menyaksikannya. Meskipun tidak mengabaikan trend busana di Eropa pada masa itu atau suasana di India pada saat yang sama, film ini menyajikan visual yang apik dan memanjakan mata atau replika pesawat Zeppelin yang mungkin bakal mengingatkan kita sama pelajaran fisika waktu smp-sma dulu. 

Kita tidak akan merasa seperti sedang menyaksikan dokumenter seorang tokoh dunia yang tidak begitu familiar. Buat kita mungkin Ramanujan itu 'siapa sih?' Tapi bagi orang India, ia adalah pilihan dewa sebagai anugerah bagi ilmu pengetahuan. Walaupun ga dapet penghargaan bergengsi semacam Golden Globe atau Oscar, film besutannya Mathew Brawn ini layak apresiasi.

Selain versi layar lebarnya, ternyata ada juga versi serial televisinya, lho. Kalau tahan dan betah jabanin ceritanya yang lebih panjang mungkin kita bisa menemukan detil lebih banyak di versi serialnya. Lagi pula sepertinya menarik mengenal latar India dan Inggris juga kondisi dunia pada masa itu. 

Mau nonton versi apa? Film apa serialnya?

Post a Comment

1 Comments

  1. Wah ceritanya menarik banget

    Pingin nonton! judulnya aja udah menggoda banget.

    tfs, mak

    ReplyDelete