Semua tentangmuSelalu kutulis dengan hatiHati yang tak akan berhenti mencintaimu
Itu
adalah sebuah postingan
blog dengan status unplibshed. Tentu
saja postingnya seorang gadis SMA
yang sedang jatuh cinta. Suer,
bukan postingan saya (acungin dua jari, peace ah ).
Jatuh
cinta emang ga pandang bulu. Buktinya nih,
monyet aja bisa jatuh cinta.
Makannya ada istilah cinta monyet. Hehehe... Pasti pernah dong ngalamin
jatuh cinta, ya termasuk cinta monyet, jamannya kita cupu waktu SMP atau
SMA (kita? loe aja keleus). Ada
yang sampai jadian (tapi bukan jadi mahluk jadi-jadian) atau
keselek dan terpendam dalam hati.
Duh, itu kalau dipendem, bertahun-tahun biar bisa
masuk kategori harta
karun perlu ratusan wafer
eh ratusan tahun, malah sampe
ribuan tahun biar jadi saingannya harta karun.
Judul Buku : It's Not a Dream
Penulis : Triani Retno A
Dimensi : 12,5 x 19,5 cm
Tebal : 161 halaman
Penerbit : Elex Media Komputindo - Juli 2014
Harga : Rp. 33.800,-
ISBN : 978-602-02-440-2
Buat
Fayya, gadis SMA kelas XII IPS di sebuah
SMA di Bandung ini, jatuh cinta
adalah jatuh yang paling enak dibanding
jatuh lainnya. Bandingkan deh dengan jatuh
dari podium, jatuh miskin atau jatuh guling-guling dari bukit. Ga enak, kan?
Meski
perlu
2,5 tahun untuk tahu kalau
ternyata Fayya dan Elvin sama-sama
merasakan love at first sight, Fayya
sih seneng-seneng aja. Ada sih, sedikit sebel
kenapa mesti ngeh ketika mereka sudah
di penghujung SMA kelas XII, pas lagi sibuk-sibuknya
nyiapin ujian sekolah, tes masuk PTN dan ternyata Elvin yang
mau melanjutkan kuliah ke Jepang
sana.
Oh,
jadi harus siap LDR dong?
Iyes. Kriesta, sahabatnya Fayya yang ceria
bekali-kali mengingatkan
Fayya soal risiko ini.
Fayya emang siap dengan kenyataan harus terpisah dengam
Elvin. Tapi, lain ceritanya gara-gara Fayya terusik sebuah mimpi. Semua mimpi yang dialami Fayya ini aneh.
Semacam Deja Vu. Selain terasa nyata, apa yang dilihat oleh Fayya dalam
mimpi ga lama kemudian terjadi.
Mulai
dari mimpinya Fayya ketemu Chef
Andrean di pesawat yang mau ke Belanda, jalan-jalan
keluar negeri, nyasar
ke kelas fisika dan bisa nebak
ulangan mendadak yang dialami
Elvin sampai kejadian
musibah orang-orang yang
hilang. Kalau mimpi-mimpi sebelumnya
bisa dimanfaatkan Fayya untuk jadi bahan cerpen, maka satu mimpi
terakhir Fayya tentang Elvin bikin Fayya jadi
blingsatan. Takut kehilangan Elvin,
bikin Faya bela-belain nyari semua referensi tentang tafsir mimpi.
Keponya
Fayya akhirnya mengantarkannya berkenalan dengan seorang Psikolog populer
yang udah bergelar mendiang, Sigmund Freud.
Ya iyalah, kenalnya lewat buku
aja, kok :D. Dari bukunya Freud, Fayya jadi tahu soal alam astral,
alam nonfisik, clairvoyant, atau OBE alias Out of Body Experience. Teori
terakhir ini yang
jadi pembenaran buat Fayya kenapa
mimpi-mimpinya seperti nyata. Senyata mimpi-mimpi indah Fayya
dengan Elvin yang dulu-dulu, kecuali untuk satu mimpi terakhir Fayya itu tadi.
Setengah hidup eh setengah mati, Fayya
yang hobi curcol di blog - dan
jadi eksis ngetwit gara-gara ketularan Kriesta -
membantah teori Freud dan berharap
mimpinya tentang Elvin tidak jadi kenyataan.
Emang Fayya
mimpi apa saja coba? Kejadian? Terus Elvin bilang apa soal mimpi
ini? Eh Fayya sama Elvin ngapain aja
di mimpinya Fayya sampai-sampai
bikin muka Fayya jadi merah
merona? Mau tahu kan? Baca dong novel terbitannya Elex Media yang ditulis oleh Trani Retno A.
Novel ini mengambil
seting di sebuah SMA di Bandung.
Kalau dari gambaran seting tempatnya sih, yang langsung kebayang oleh saya adalah
sebuah SMA yang ngetop dan legendaris
di Bandung dan identik dengan anak-anak pintar (ih ini termasuk
spoil ga teh, Eno? :D). Karena
memang segmen pembacanya adalah anak-anak SMA, dialog yang melibatkan tokoh-tokohnya khas anak SMA dengan gaya
bahasa yang gaul, kenes, mengalir dan lincah. Yang paling
jleb dari novel ini adalah pesan kalau ide
selalu datang dari mana saja.
Bahkan lewat mimpi bisa bikin kita
punya uang banyak lho, iya kalau ditulis jadi cerpen dan dikirim ke majalah. Kalau cuma dipendam atau
dicurhatin saja, ya, ga bakalan datangin uang.
By the
way, ada sedikit masukan
nih buat editornya. Kalau nanti
novel ini cetak ulang,
ada sedikit kesalahan di
dua halaman. Yang pertama di halaman 60 saat Kriesta membujuk Fayya - karena merasa tidak enak - di sana
jadi ngomong saya, bukan aku seperti biasanya. Lalu untuk
masukan yang kedua ada di
halaman 138. Dalam sebuah dialog
dengan Fayya, Elvin jadi manggil Fayya dengan sebutan Fel. Selebihnya, saya
kasih rating 3,5 dari 5 bintang buat
novel ini.
Daripada memendam
cinta eh kepo, segera
saja cari buku ini ya. Kalau saya kebanyakan cerita,
jatuhnya bukan resensi tapi rangkuman, Ga asik, dong.