Blessing in disguise, mungkin itu refleksi yang tepat menggambarkan masa lalu Iwan Sunito, pemilik bisnis property raksasa di Australia. Pernah tidak naik kelas malah membuat orang tuanya mengambil keputusan besar mengirim Iwan Sunito melanjutkan sekolah di Australia.
Judul Buku : From Borneo to Bloomberg : A comeback Story and 13 Principles For Success
Penulis
: Iwan Sunito
Dimensi
: 267 halaman, 10 x 15 cm
Penerbit
: Gramedia Pustaka Utama – Juni 2014-12-24
ISBN
: 978-602-02-0458-8
Kendala bahasa
jadi pencetus bagi Iwan memutus rantai suram masa depannya. Semacam titik balik. Selesai
melanjutkan SMA di Sidney, Ia melanjutkan kuliahnya (masih di Sidney) di University of
New South Wales mulai jenjang S1 pada tahun 1986 dan menyelesaikan S2nya di kampus
yang sama pada tahun 1992.
Semasa
kuliah, Iwan Sunito yang hobi menggambar
ini menemukan passion-nya untuk menjadi
seorang arsitek. Sambil sekolah, Iwan
tidak ambil pusing mengambil proyek,
mulai dari yang kecil atau yang tidak bayar sekalipun. Setelah kuliah, pada tahun 1996 Iwan mendirikan
merintis bisnisnya, Crown Group yang jadi perusahaan besar sampai sekarang.
Itu
adalah sekelumit kisah yang diceritakan
Iwan dalam buku biografinya. Meski tebalnya mencapai 267 halaman, jangan bayangkan
sebuah buku biografi dengan
konsep yang menjelimet dan menyita waktu untuk menamatkannya. Ditulis
dalam 10 hari saja, minus intervensi
dari editor buku ini dikemas
dalam ukuran yang mungil dan desain yang
apik, full color dengan font yang tidak
melelahkan mata untuk membacanya. Yes,
buku biografi Iwan dengan dimensi sekitar 10 cm x 15 cm ini
ternyata bisa laris 3.000 copy dalam seminggu
saja.
Yang menarik dari buku yang ditulis dengan bahasa Inggris ini, Iwan hanya menceritakan kisah
hidupnya hanya dari halaman 12
sampai halaman 26 saja. Dalam halaman
berikutnya, Iwan menuangkan kompilasi quote inspiratif dari seperti dari Henry Ford,
Helen Keller, Jhon Maxwell, Dale
Carnegie dan tentunya Iwan Sunito
sendiri yang terbagi dalam 13 bagian.
Salah
satu kutipan dari Steve Jobs yang dituangkan dalam buku ini benar-benar saya suka. Seperti ini
bunyinya:
The only Way to do grat work is to love what you do. If you haven’t found it yet, keep lookng. Don’t Settle.
Ini
mengingatkan saya dengan ungkapan
walikota Bandung, Ridwan Kamil yang sama-sama punya latar belakang arsitek.
Ridwan Kamil yang lebih akrab disapa
dengan kang Emil pernah melontarkan kalau pekerjaan yang menyenangkan adalah
hobi yang dibayar. Atau ini nih, quote seorang penyiar radio
yang selalu menutup siarannya
dengan ungkapan, "do what you love and love what
you do". Makanya tidak heran
kalau Iwan Sunito begitu
mencintai dunia arsiteknya dan
mengantarkan Crown sebagai penguasa bisnis property yang besar di
Aussie.
Selain
berbagai kutipan, dalam buku ini
juga diselipkan beberapa gambar
gedung hasil kerja apik Crown Group
dan foto-foto perjalanan Iwan
Sunito sejak kecil sampai sekarang,
menjadikan buku biografinya punya
sentuhan personal yang unik dan kreatif.
Jerih
payah Iwan selama merintis karir dan
bisnisnya dari seorang arsitek menjadi
pemilik grup tergambar dalam quotenya,
“When you see someone who does things flawlessly, it’s often because the have spent many hours practicing”.
Kelemahan dalam buku ini adalah redaksinya yang digunakan dalam bahasa Inggris. Buat beberapa orang mungkin agak merepotkan. Tapi tidak selalu setiap saat mesti ngintip kamus sih buat mencari terjemahan kata-kata yang tidak dimengerti, kok. Anggap saja latihan belajar bahasa Inggris, ok? :)