Resensi Novel: Gendhis, True Forget Me Not

“Mungkin selama  ini akau salah, Ndhis.   Jangan pernah menjaminkan rasa pada waktu. Aku baru tahu.”
Kemudian  ia  kembali berjalan, meninggalkanku di belakang. Dadaku penuh dengan rasa  yang tak bisa  kudeskripsikan, antara sesal, sedih, dan kecewa.
- Gendhis, True  Forget  Me Not halaman 96

Judul  Buku : Gendhis, True Forget Me Not
Penulis  : Dyah Prameswarie
Penerbit : Sheila - imprint CV Andi Offset, 2014
Tebal : 216  Halaman
Genre  : Romance Dewasa
ISBN : 978-979-29-2183-0

Katanya  yang  namanya cinta  pertama  itu enggak ada  matinya.  Malah ada  beberapa  lagu  yang  menjadikan  quote  ini tema  lagunya. Ada  yang  setuju dan  mengalaminya ada  juga  yang mengabaikan dan menganggapnya hanya masa  lalu.   Masa?  Kalau cinta pertamanya  adalah cinta  monyet yang tersimpan dalam rentang  20 tahun,  lalu  dalam setiap  mimpi –mimpi, gimana, dong?

Gendhis  yang berprofesi  sebagai seorang  fotografer  spesial  foto  pre wedding, ditemani sahabatnya  Noel,  akhirnya meluluskan  ‘permintaan’  mimpinya  untuk  menyusuri  masa  kecilnya di Surabaya.  Gendhis  mengunjungi  rumah  mamanya yang sudah dijual, menemukan pohon kersen dan pahatan  yang terukir di kusen pintu, jejak  kenangan  masa  kecilnya  juga cinta  monyetnya  bersama Dave.

Perlahan,  satu persatu  kepingan  mimpi  Gendhis  mulai tersusun  dan  mengarahkan  untuk mengingat sosok bule  tengil  nan gendeng, Dave.  Keduanya  memang  bertemu,  lalu  mimpi-mimpi  Gendhis  sudah  tidak  mengusiknya  lagi. Selesai?

Noel   yang protes,  kalau  alasan kembali ke Surabaya   hanya  untuk bertemu  Dave saja. Pasti ada  sesuatu yang harus  diselesaikan. Gendhis  yang sedang  mempersiapkan  pernikahannya dengan  Sena.

Mempertaruhkan masa  depan Mansion de Bois, bisnis fotografinya  yang dibangun bersama Sena, Gendhis  nekat  melalui  napak tilas  nostalgia masa kecilnya. Bolak-balik terbang dari Bandung ke  Surabaya  lalu  ke Paris  untuk  menentukan  masa  depannya, Dave  ataukah  mempertahankan  Mansion de Bois  yang jadi  separuh jiwa  juga  obsesi  Gendhis sejak lama.

Dengan seting beberapa  tempat,   Bandung, Bali, Surabaya, Lucerne dan Paris  di Perancis, penulis  menarik  pembaca  untuk  ikut  merasakan  detil  yang tergambar  dalam  novel  dan merasakan gemas, rindu dan cemburu  pada Dave.  O,  ya jangan  lupakan  juga  ‘bonus’  khusus  yang diselipkan dalam  novel  ini. Dyah Prameswarie  membocorkan  beberapa kuliner  asik dan  menerbitkan liur pembaca, plus  trik fotografi yang cantik dan  tidak  biasa  yang  dilakukan Gendhis  untuk setiap kliennya.

Penasaran  dengan  siapa saja  Dave menghabiskan  masa  penantiannya selama 20 tahun  sebenarnya membuat saya  sebal. Ih, Dave  kurang usaha.  Malah Gendhis  yang  terlihat  lebih  ngotot  menemukan  kepingan   puzle  mimpi-mimpinya,  itu pun setelah  ‘dipaksa’ Noel. Tapi ada sisi lain dari Dave yang ngangenin.  Dave itu  bikin penasaran dan romantis!

Seperti  juga  beberapa  cerita  cinta, selalu ada bumbu dan intrik  yang menghadang. Ketidaksetujuan  dari  keluarga Dave dan Fara  yang diam-diam  naksir Dave,    Sena  yang  posesif  atau  dukungan dari  sahabat-sahabat Gendhis  untuk memilih takdirnya.  By the way,  judul lengkap buku  ini  adalah Gendhis : True  Forget Me Not. Ture  Forget Me Not adalah nama sebuah  bunga berkelopak kecil berwarna  dengan bintik kuning  menjadi  pembuka  dan  kunci dari teka teki  novel  ini.      

Post a Comment

4 Comments

  1. ahhhh...jadinya kepengen buru- buru baca ini novel

    ReplyDelete
  2. wahh ada novel barunya mak dydie yaa...makin keren deh emak satu ituu...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyes, keren banget. Pepetin terus biar ketularan :D

      Delete