Sebenarnya
saya termasuk yang kurang suka cerita fiksi fantasi. Kasih
pledoi dulu nih serial fantasi yang legenaris macam Harry Potter
pun saya belum baca, hehehe. Eh tapi ada kok serial fantasi yang saya
suka. The Hobbits, misalnya. Gara-garanya sih karena pernah baca ulasan
biografinya singkat gelandang Liverpool, Steven Gerrard yang ngefans
ama novel The Hobbit. Eh beneran seru, lho. Novel yang ditulis
JRR Tolkien ini saya tonton habis juga
semua tayangan filmnya dari kesatu, kedua dan ketiga. Begitu
juga Film Lord of The Rings dari penulis yang sama. Cerita
Fantasi yang ngitikan saya buat baca lagi berikutnya
adalah Serial The Alchemyst yang ditulis oleh Michael Scott
dan Nibiru, fantasi rasa lokal yang ditulis penulis favorit saya, Tasaro
G.K.
Kue-kuenya itu slurrrp... |
Nah, kalau
untuk novel yang satu ini nih, Bliss, The Bliss Bakery Trilogy #1 saya beneran blank, ga punya referensi
dan ga kepikiran buat kepoin siapa penulisnya. Asal samber
aja pas seorang teman di FB, Teh Asri Andarini melelang koleksi novel
gress ini karena punya dobel. Saya yang bawaannya lapar
mata sama buku tergoda untuk menyambar (pake bayar dong). Nah,
ini resensinya.
Judul Buku : Bliss, The Bliss Bakery Trilogi 1 Penulis : Kathryn Littlewood
Alih Bahasa : Nadia Mirzha
Penerbit : Mizan - 2014 (cetakan ke-10, lho.)
Genre : Fantasi
ISBN : 978-979-433-690-8
Tebal : 308 halaman
Blurb :
Rosemary alias Rose
merasa dirinya inferior, entah di rumah atau di sekolah. Punya tampang pas-pasan, tidak terlalu
moncer di sekolah dan merasa lebih sering disuruh-suruh ole mamanya, Purdy seorang pembuat roti dan kue di sebuah kota kecil,
Calamity Falls. Sampai kemudian ia menemukan rahasia keluarganya. Sebuah
rahasia yang menjelaskan mengapa kedua orang tuanya sangat jago membuat kue yang enak. Ada formula khusus dalam resep-resep mereka, sihir!
Sebuah
kekacauan yang terjadi di kota Hammer membuat
Purdy dan Albert, kedua orang tua Rose
harus pergi selama seminggu dan meninggalkan dirinya dan 3 saudara Rose: Ty,
kakaknya yang ganteng, Sage yang gendut dan badung, sertaLeigh - si kecil yang masih balita - yang senang membawa-bawa kamera Polaroid. Kepergian kedua orang tua
mereka menjadi awal petualangan ke-4 bersaudara Bliss.
Seminggu Yang Penuh
Kejutan
Selain
diserahi tanggung jawab menjaga toko bersama Chip asisten tokonya, Rose juga dititipi kunci rahasia berbentuk pengocok. Kunci
rahasia yang menyimpan rahasia
masak keluarga Bliss, garis keturunan Mamanya Rose selama beberapa generasi.
Kesempatan yang tidak ingin disia-siakan Rose dan kedua saudara laki-lakinya untuk mencoba resep rahasia dengan komposisi yang aneh dan
takaran yang penuh teka-teki.
Petualangan
Bliss bersaudara baru saja dimulai
ketika datang seorang wanita cantik bernama Lily yang mengaku kerabat jauh,
cucu Albatros, paman kakek
buyutnya Rose. Kecurigaan bercampur kekhawatiran Rose pada
Lily yang misterius ditepis Ty dan Sage
yang ngefans pada Lily yang
cantik dan menawan. Sampai kemudian
eksperimen konyol mereka membuat pasangan setengah baya jadi bertingkah konyol
di alun-alun kota,
para gadis seusia Ty
menjadi beringas dan
mengejar Ty, dan resep Cookie kebenaran yang diharapkan malah membuat seluruh
penduduk kota bertingkah seperti zombie - termasuk si bungsu, Leigh. Saat Rose, Ty
dan Sage mulai putus asa,Lily menawarkan dirinya untuk membantu menyelesaikan
masalah sebelum Purdy dan Albert pulang. Hanya saja, bantuan Lily
ternyata ada syaratnya. Rose bingung, apakah menuruti kemauan Lily
dan mewujudkan mimpinya jadi Rose
yang baru atau patuh pada pesan kedua orang tuanya? Memang siapa sih
Lily? Kenapa Purdy tidak pernah bercerita, ya?
Mencari Solusi Ala Remaja
Saat
membaca seri pertama dari trilogi
ini, saya langsung membayangkan
kalau novel ini diangkat jadi film akan
dikemas ala-ala Disney. Cukup mengobati
kerinduan saya pada novel-novel remaja
jaman saya ABG dulu (iya dulu :D) semacam
serial Malory Towers, Stop, atau
5 Sekawan. Anak-anak remaja yang kompak
menyelesaikan permasalahan,
sebisa mungkin tidak membiarkan orang tua terlibat atau sekali pun tahu rencana mereka (meski semuanya tidak berjalan mulus).
Keberadaan orang tua dalam novel ini
bisa dibilang sebagai figuran, seperti tokoh Purdy dan Albert orang tua mereka. Atau keberadaan
orang tua lain seperti Chip yang
sebenarnya baik, Mrs Carlson yang senang
mengomel, Mr Bastable yang pemalu namun
diam-diam naksir Miss Thistle, tetangga yang
menyebalkan dan senang mengganti-ganti
aksen bicara, Mrs Havegod.
Mimpi vs Realita
Seperti
kebanyakan remaja, Rose dan
saudara-saudaranya punya obsesi sendiri. Kalau Ty beruntung punya wajah ganteng
dan banyak fansnya, beda dengan Rose.
Rose yang diam-diam naksir Devin Stetson
sebenarnya berharap punya fisik
yang cantik dan berharap bisa keluar dari Calamity Falls berharap punya karir
yang lebih baik daripada meneruskan
warisan keluarga sebagai
pengelola toko kue kecil, kelemahan
Rose yang selalu diincar
Lily untuk ditaklukkan dengan cara yang
lihai.
Novel Yang Lezat dan
Manis
Secara
teknis, buku ini enak dibaca, dengan font yang cukup besar
novel setebal 308 halaman ini bisa dikunyah pembacanya. Jangan harap
bisa meniru Resep-resep yang unik
dan menarik di sini. Selain karena
komposisi dan takaran yang aneh, juga cara mengolahnya yang tidak bisa dipraktikkan. Misalnya
saja bahan masakan seperti Air mata Warlock, bisikan
kurcaci, telur burung cinta bertopeng.
Cara mengolahnya? Dengan menyenandungkan
dua nama
pelanggan yang kesepian, atau oven yang panas setara tujuh nyala api dalam waktu enam lagu.
Pesan Moral : Kompak Dengan Saudara dan Menjaga Rahasia
Meski penuh
dengan bumbu petualangan
anak-anak remaja yang badung dan
nekat serta kadang menyebalkan,
para pembaca novel terutama remaja
bisa mendapatkan pesan moral yang ngena dengan kehidupan sehari-hari. Betapa pun menyebalkannya saudara
kita, saat tidak ada orang tua di
rumah malah jadi waktu yang tepat untuk mendekatkan satu sama lain, waktu yang
diam-diam dirindukan oleh Rose.
Satu
lagu lama tahun 90an yang pernah dinyanyikan Oppie Andaresta,
Ingat-ingat Pesan mama sepertinya
jadi tema lagu yang pas. Bukan pesan mama untuk tidak pacaran atau ngelayap malam-malam, lho. Tapi pesan
Purdy - sang mama - untuk menjaga kunci pengocok dan resep rahasia Bliss Cookery Booke itu ternyata dikalahkan oleh kepenasaran mereka bertiga.
Jangan khawatir soal tata bahasa, penerjemahnya bisa mengalihkan novel asing ini ke dalam bahasa Indonesia yang enak dibaca dan mudah dicerna. Secara keseluruhan, saya kasih 4 dari 5 bintang. Cocok deh buat yang suka cerita-cerita fantasi atau mengenang novel remaja dengan range usia SMP yang ceria dan kadang-kadang direcoki perasaan galau. Saya
jadi ga sabar pengen baca lanjutan kedua dan ketiga dari Trilogi The Bliss Bakery ini. Kira-kira tokoh jahat,
licik dan aneh siapa lagi yang bakal
muncul di novel berikutnya, ya? Ah, kudu hunting niiih.
11 Comments
Saya suka yang berbau fantasi apalagi kalau ada masak-masaknya :D
ReplyDeleteSayangnya ga ada resep yang beneran bisa ditiru mbak :D
DeleteMenarik juga ulasannya, bikin pengen baca bukunya mba, hehehe
ReplyDeleteAyo mbak baca :)
DeleteMak,adegan naksir-naksirannya berlebihan gak?
ReplyDeleteSoalnya pengen beliin buku cerita buat anakku yang kelas 4SD
Cucok gak Mak?
tq
Cuma naksir diam-diam sih, mbak. Malu-malu kucing gitu. Ada satu scene adegan seorang teman Ty yang lagi kalap dan pengin mencium Ty, tapi diakali Rose dengan kaca jendela sebagai pembatas karena saat itu diceritakan susananya heboh nian. Selebihnya sih, ga ada yang aneh. Lebih menceritakan kekompakan sesama saudara. Banyak moral storynya tanpa menggurui.
DeleteSepertinya bagus ya...masih ada ngga ya di toko buku?
ReplyDeleteMestinya sih ada, mbak. Cetakan ke-10nya terbit bulan Oktober 2014 ini. Atau coba pesan langsung sama Mizan. Biasanya bisa dapet diskon tuh kalau pesan langsung ke sana.
Deletejadi pengen baca nih mak...
ReplyDeleteBaca deh, mak. Seruuu :)
DeleteKeren nih novel udah baca tapi blom tamat hehe
ReplyDelete