Review #Tetot: Aku, Kamu dan Media Sosial


"Ciyuuuss? Miapa?"


Bisa  nebak redaksi  siapa  kalau kita nemukan  twit di atas? Bukan status seorang ABG atau pelaku sosmed  yang lagi haha hihi. Ini adalah reply dari twitnya @satpolppbdg,   instansi penegak hukum yang identik dengan kesan seram dan menakutkan.  Twit dari akun  ini  menjawab respon dari masyarakatyang mengadu adanya gepeng dan  anak jalanan di Bandung.

Kebijakan  baru yang diterapkan  oleh Pemkot Bandung bagi instansi-instansi pemerintah untuk membuka akses komunikasi dengan masyarakat  memang sudah terasa  sekali. Adanya akun-akun twit  dinas pemkot  membuka  keran  buat curhat warga soal pelayanan masyarakat  yang harusnya memang dipermudah dan bukan dipersulit.  Kesan yang humble,  suka ngabodor,  dekat dengan  masyarakat  dari orang nomor satu di Bandung ini membuat banyak  teman-teman saya di luar kota  mupeng punya wali kota  seperti Ridwan Kamil alias  Kang Emil. Kasih ga, ya?  Aslinya, saya enggak rela!  Hehehe....  Yakin deh, kalau teman-teman di Bandung yang sedang merasakan  suasana Bandung  yang baru juga punya harapan yang sama.

http://akunbuku.blogspot.com/2015/02/review-tetot-aku-kamu-dan-media-sosial.html
covernya #Tetot yang keren

Makanya saat peluncuran buku #Tetot  tanggal 18 silam di Gramedia  Merdeka Bandung, sukses  mengundang  pengunjung buat menjejali  lantai 1  toko buku favorit saya ini. Padal waktu itu juga saya cape setelah jadi panita acara arisan ilmu KEB.  Emang sudah niat buat datang sejak ada bocoran acara ini, saya jabani deh dengan muka yang sebenernya udah lecek :D

Respon dari masyarakat sama buku ini ternyata bukan saat  launchingnya saja. Seorang teman SMA saya cerita kesulitan mencari buku ini di salah satu  toko  buku Gramedia. Dalam hitungan beberapa hari dari launchingnya, sudah susah didapatkan.  Daripada pusing, saya  sarankan saja buat pesan langsung #Tetot  dari penerbitnya. Sepertinya dalam hitungan bulan,  buku ini bakal cetak ulang.

Setelah saya posting di blog ini,  saat acara launching tempo hari, saya  pengen cerita  sedikit  isi buku ini.  Sekalian buat ngipasin  yang  hunting buku  ini biar semakin kepo dan yakin kalau buku ini  highly recomended :D

Judul  Buku :  #Tetot: Aku, Kamu dan Sosial Media
Penulis : @ridwankamil
Co-Writter : Sulaiman Abdurrahim & @syamsuramly
Penerbit : Sygma Creative  Media, Corp – 2014
Dimensi : xiii + 364 halaman
ISBN : 978-979-055-559-4
Harga : IDR  66.000

Tidak sulit  untuk  menyelesaikan buku  ini, begitu yang disampaikan Kang Syamsu saat launching buku ini. Ada banyak informasi dan sumber  yang bisa digunakan   untuk  finshing buku dengan sampul   karikatur  yang eye catching dan colorfull.  Meskipun  termasuk  buku  non fiksi, buku ini dikemas dengan gaya bahasa  yang sersan. Serius tapi santai. Kerap mengundang senyum dan kikikan tawa saya, terutama bab 7 dan bab 8 yang banyak  mengutip interaksi  Anak Twitter yang kebetulan jadi wali kota  ini. 

Sosialita Sosmed Yang Produktif danKreatif
Seperti yang dibilang dibab pertama,  Ridwan Kamil ini memang tipe  anak Bandung yang senang  ngobrol dan berinteraksi termasuk di dunia  maya. Terinsiprasi  oleh  kampanye Hope & Change-nya Obama pula, Ridwan Kamil yang akrab disapa Kang Emil  ini  menjaring komunikasi intens  dengan para tweeps lewat ocehan twitter   saat kampanye  pemilihan wali kota.

Eh tapi  niih, silaturahmi Kang Emil sebenarnya bukan berawal dari  kampanyenya saat pemilihan wali kota tahun 2013 kemarin,lho. Jauh sebelum itu, Kang Emil juga sudah lebih dulu ngetwit ria, lalu juga terlibat menggagas   beberapa komunitas  seperti Beberes Bandung, Indonesia Berkebun atau Bandung Creative  City Forum (BCCF). 

Saya pernah dengar  salah satu acara talkshow yang mengudara setiap senin malam di radio PR FM, kalau  Kang Emil  juga  berhasil  mengajak  pihak swasta untuk membangun infrakstruktur Bandung. Pernah lihat city light  Bandung yang cantik di jalan Pasupati  atau di gedung Sate? Ini adalah buah yang manis  dari kerjasama dengan Philips, produsen  lampu asal Belanda  yang identik dengan  slogan terus terang terang terus  ini (heu... jadi iklan, ya?).  Mengandalkan APBD Bandung jelas tidak memungkinkan, mengingat alokasi  pemkot yang sebagian besar  sudah  tersedot untuk belanja pegawai.  Asik ya, jadi  urang Bandung, punya  walikota yang smart, kreatif dan  punya network yang  keren ini.

Indeks Happiness Warga


"Kota  yang stres akan melahirkan generasi  stres.  Anak muda yang memaki  dan hilang kesantunan dalam menyampaikan kritik, terutama media sosial, menjadi nilai baru (halaman 39)"
 
Sudah bukan rahasia  lagi  kalau Bandung sekarang berubah jadi kota yang padat dan macet, terutama di akhir pekan. Saya sendiri  sebagai urang Bandung, lebih suka diam di rumah daripada  bete terjebak  macet berjam-jam di jalanan Bandung  yang panas. Itu pikiran saya dulu dan mungkin banyak warga Bandung  yang sama.  Makanya saat awal-awal  menjabat  sebagai wali kota, Kang Emil membidik target untuk meningkatkan indeks happines warganya. Mengaktifkan sejumlah taman tematik  di Bandung seperti taman Jomblo  yang paling  ngehits , ampuh memancing  naluri  warga Bandung yang kreatif sekaligus narsis  ini untuk keluar dari  rumah  dan bersosialisasi di ruang publik.  

Di bagian lain buku ini juga dibahas kalau yang namanya indikator  bahagianya warga  sebuah kota  itu ada tiga: mereka  bisa tersenyum setiap harinya, mereka disapa atau menyapa  teman atau tetangga setiap hari, mereka menemukan sesuatu yang baru setiap  harinya.

Makanya,  poin pertama dari dasasila  yang disampaikan oleh  Kang Emil dalam World Cities Sumit  Mayors Forum tahun 2014 kemarin adalah  kota harus berpusat  pada kebahagiaan  manusianya. Kota stres melahirkan  generasi stres. Sekarang Bandung juga bukan hanya ramai dengan  taman-taman tematiknya  yang kembali happening atau festival  kuliner yang sudah tidak berpusat lagi di jalan Braga. Tema-tema harian seru  semacam Senin Gratis Damri, Selasa Tanpa Rokok, Rebo Nyunda, Kamis English, Jumat Bersepeda dan Sabtu Kuliner  sudah familiar  buat urang Bandung.

Inside  Book
Selain uraiannya yang serius dan santai, dalam 8 bab buku ini  juga  dimanjakan dengan fonts  yang tidak terlalu rapat, lay out yang asik dan ada banyak  ilustrasi  yang lucu dan kocak yang dikutip dari akun twit @ridwalkamil, Ask.FM, komik twit atau beberapa foto dari akun instagramnya. Ada  banyak  kutipan  twit  yang bikin saya  bingung harus  milih yang mana buat dikutip di resensi ini.

Dua Bab Terakhir Yang Seru
Bab 7 dan bab 8  dari buku #Tetot ini adalah paling favorit saya. Selain paling ringan,  ada banyak kutipan interaksi dengan  netizennya  yang bijak kadang juga super duper kocak. Berani jamin, bikin yang baca senyum-senyum terus dan bisa bikin  indeks happiness pembacanya ikutan ngeboost.  Seperti beberapa kutipan berikut ini, nih.

(Ask.FM) Masuk 7 Pemimpi Daerah Berprestasi Indonesia versi  On The Spot ey!! Bangga deh Hahahaa !! Godbless Pa! (Trisya Abbey)
Makasih. Saya mah kerja aja dengan hati. Dapat  pengharagaan itu bukan tujun. Tapi kalo  diapresiasi  ya alhamdulillah.
 
 (Ask.FM): Pak, kasih motivasi  dan pesan buat  anak Teknik  Kimia dong pak :3 (Alif Ramadhani Utomo)
Baca biografinya  pak I Gede Wenten. Orang hebat dari teknik kimia

(Ask.FM): pak, kenapa sih Bandung selalu bikin kangen? Huhu  pengen sekolah di Bandung lagi (Serina Cahya).
Karena Bandung itu bukan nama kota. Bandung adalah nama dari sebuah perasaan.
 
(Ask.FM):  Pak, saya jomblo udah 3 tahun, gimana  dong pak move on nya... (Retno Wulandari).
Tanggung. 1 tahun lagi baiar genap 144 SKS.

(Ask.FM)  : Kang emiiil, post foto bareng anaknya  yang cowok dong kang  JJ
Jangan. Bisi bogoh

(Ask.FM) : Pak, biar  lancar bahasa sunda gimana  ya pak? Sok sedih tinggal di bandung tapi  ga lancar bahasa sunda   (Selly Marcia).
Cari pacar cowok  sunda  banget aja. Setelah fasih, putusin 

(Ask.FM) : Pa, aku fans bapa lho..... tp sayang  bapa punya  bu atalia  (Ny. Frili)
Ganti kata “sayang” dengan “beruntung”. That is the truth.

(Ask.FM): Pak, nenek saya  pengen banget  bisa foto bareng bapak. Apakah bisa diwujudkan?:’)
Boleh. Neneknya cantik gak?

@ridwankamil. Colek balik aja. Biar kapok RT @tikoalim: Pa @ridwankamil itu per4a soekarno hatta bencong bertebaran, kadang suka  nyolek, sy hrs gmn pa?

(Ask.FM): Pak, bahasa Inggrisnya aku cinta kamu apa??!??!? (Jessica)
Impossible
(Ask.FM): Pak saran buat saya seorang cewek jika menghadapi  pria cuek? (Farera Eva Kostna)
Cek dulu. Mungkin yang kamu hadapi itu ternyata foto.

Aya tapi tos nini-nini teu sawios? RT @YudhaGemma : Kang @ridwankamil pang milariankeun abdi kabogoh nu sholehah tur geulis kang.

Walikota  yang  tumbuh dengan support  dari ibu  yang  juga tidak kalah kerennya, mempersembahkan  masjid Al Irsyad yang sempat  populer untuk almarhum ayahnya ini sukses menjadi seorang  walikota  yang dicintai warganya. Pas betul dengan salah satu twitnya,  “Passion is creativity  with Love”,  menjadi walikota Bandung karena diawali  niat dan kecintaannya  untuk membenahi Bandung dan menjadikannya sebagai Bandung Juara. 

Terlalu banyak yang pengin saya ceritain tentang buku ini. Masih ada cerita lebih detil kenapa buku ini dikasih judul #Tetot, kerennya  Bung Karno di mata  Kang Emil sampai membuat tagline Bandung  Juara, klarifikasinya soal  PPDB Bandung 2014 kemarin yang sempat heboh,  dukungan penuh dari ibu dan keluarga dan cerita lainnya  yang saya yakin bisa bikin kepo.  Ini juga kayaknya udah kebanyakan spoilernya nih hehehe... Overall, saya kasih rate 4 dari 5  bintang buat buku  ini. Bersyukurlah jadi urang Bandung. 

Post a Comment

8 Comments

  1. Nggak bisa nggak senyum2 baca itu kutipannya. Jealous udah baca bukunya, aku belum... Ngantri banget, duh, pusing segala pengen dibaca tapi tumpukan bukunya ga ngurang2. Semoga lekas bisa nyusul. Wih... Langsung best seller tah, untung udh dapat bukunya... :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo Euis, posting juga. Ditunggu, nanti tag aku di FB, ya :D Sama kalo PR buku mah, banya yg belum khatam heuheu. Makanya pas pesta buku kemarin nahan diri puasa jajan buku dulu.

      Delete
  2. Replies
    1. Iya, mantap banget deh pak wali kita ini. Visi misinya jelas banget. Kerasa bedanya Bandung sekarang padahal belum sampai2 tahun jadi wali kota.

      Delete
  3. jadi pengen beli euy, sugan teh teu rame. :) kabayang eta royalty nya, laris manis!

    ReplyDelete
  4. jadi pengen beli euy, sugan teh teu rame :)

    ReplyDelete
  5. beberapa kali baca review tetot ini. semakin penasarann pengen baca bukunya ~

    ReplyDelete
  6. Ini blog lainnya mbak Efi ya.. Hihi, pengen banget baca buku tetot ini sebagai orang Bandung..Dan ternyata kita sama2 urang Bandung ya..

    ReplyDelete