Katanya first love itu never die. walau Kenny Loggins membantah dengan lagunya yang berjudul Love at second sight. Tapi first sightnya itu mungkin orang yang sama.
Eh ini gimana maksudnya?
Setelah membaca versi novel #TemanTapiMenikah, saya dibuat penasaran kayak gimana sih eksekusi versi layar lebarnya.
Belum baca bukunya? Baca dulu resensi saya di sini atuh, ya:
Novel Teman Tapi Menikah Part 1
dan lanjut ke sini
Novel Teman Tapi Menikah Part 2
Eh ini gimana maksudnya?
Gini, lho. Buat sebagian orang, cinta pertama itu ga ada matinya, walau ada yang ga lanjut. Tapi juga buat sebagian lainnya, adalah sebuah kebahagiaan kalau bisa menikahi orang yang sejak awal bikin kesengsem. Seperti yang dialami Ditto Percussion (bacanya perkasyen ya, bukan perkusyen) yang harus nahan perasaan selama 13 tahun. ckckck.... tabahnya.
![]() |
sumber: 21cineplex.com |
Belum baca bukunya? Baca dulu resensi saya di sini atuh, ya:
Novel Teman Tapi Menikah Part 1
dan lanjut ke sini
Novel Teman Tapi Menikah Part 2
Kalau kalian pernah nonton Sarah Sechan Show di Net TV, bakal tau deh siapa itu Dito Percussion. Sementara Ayu alias Ucha yang nama aslinya Ayudia Bing Slamet udah lama wara-wiri di layar tv sebagai pemain sinetron. Belakangan setelah menikah, mereka berdua punya channel youtube dengan akun yang sama #TemanTapiMenikah. Saya bukan pemirsa setianya tapi cukup antusias pas tau jarak dari baca buku ke filmnya itu ga pake lama.
Sama seperti di novelnya, versi layar lebar ini mengangkat perjalanan cerita Ayu (dimainkan oleh Vanesha Prescilla) dan Ditto (dimainkan oleh Adipati Dolken) sejak mereka SMP, SMA, Kuliah dan akhirnya nikah. Di novelnya sih (#TTM 2) kita dikasih dua sudut pandang dari Ayu dan Ditto secara bergantian. Tapi di versi filmnya lebih berat ke sudut pandang Ditto. Dan suara beratnya Adipati Dolken yang mengiringi alur mundur narasi film juga pas buat menghantar film ini. Sounds mature :)
Di film diceritakan juga ternyata Ditto ngefans sama Ayu sejak belum ketemu (nah soundtrack yang pas harusnya lagu Savage Garden yang judulnya I knew I Love you Before I Met You :D), di novelnya cuma dibilang Ditto tau siapa Ayu karena nonton di tv. Ini saya baru tau *ups rada spoiler ga?* Tau sama ngefans beda, kan? Mungkin sya juga yang kudet karena ya itu tadi ga ngikutin semua vlognya mereka.
Di film diceritakan juga ternyata Ditto ngefans sama Ayu sejak belum ketemu (nah soundtrack yang pas harusnya lagu Savage Garden yang judulnya I knew I Love you Before I Met You :D), di novelnya cuma dibilang Ditto tau siapa Ayu karena nonton di tv. Ini saya baru tau *ups rada spoiler ga?* Tau sama ngefans beda, kan? Mungkin sya juga yang kudet karena ya itu tadi ga ngikutin semua vlognya mereka.
![]() |
sumber: tribunnews.com |
Anggapan kalau cowok itu lebih ekspresif menyampaikan perasaan sementara perempuan malah cenderung malu-malu harimau (biar lebih hiperbolis jadi ga pake kucing :D) ga berlaku dalam relationshipnya mereka. Ditto seakan menjelma seperti kucing angora yang nurut dan selalu ngelendotin tuannya. Tapi ya gitu, selalu ketahan sampai tenggorokan aja. Sedikit pun ga kesampaian bilang, "Cha, gue suka sama Loe!" Ayu? Cuek setengah mati, dan bahkan sempat ngancam Ditto bakal memusuhinya kalau jadi suka sama Ayu.
Nah, lho! Dimusuhin orang yang kita suka? Duh dunia serasa mau runtuh. Mungkin karena itu Ditto nahan perasaannya sama Ayu. Ditto juga nurut disuruh jadian atau mutusin cewek. Dan karena Ayu pula Ditto punya semangat ekstra buat menekuni passionnya sebagai pemain musik dan menabung buat beli motor dan mobil. Kalau saya bilang sih, It's the Power of Love *lalu muncul backsound lagunya Celline Dion*
So, siapa bilang cuma cewek aja yang suka nahan perasaan? Hayo yang cowok ngaku deh, pernah ada di posisinya Ditto, ga?
Sepanjang film berdurasi 102 menit saya menikmati aktingnya Vanesha sebagai Ayu. Menurut saya, di film ini Vanesha lebih ekspresif memainkan aktingnya. Walau ada satu part pas dia lagi nangis (di part ini juga saya jadi inget adegan Shandy Aulia waktu lagi nangis manja di kamar) abis putus. Saya merasa sedikit terganggu. Vanesha aneh kalau nangis. Selebihnya saya menyukai Vanesha sebagai Ayu yang pecicilan, boyish dan cuek. Cumaaan, kok itu make up yang molesin Ayu sejak SMP sampai selesai kuliah kurang kentara, ya? Beda dengan make upnya Adipati Dolken yang keliatan culun waktu masih SMP, lalu keliatan sebagai seorang remaja SMA yang charming dan lebih dewasa setelah lulus kuliah. Tapi yang paling saya suka dari Adipati ini waktu dia nabuh perkusinya. Malah menurut saya, lebih ekspresif dari Ditto aslinya. Seakang-akan udah biasa maenin perkusi. Ga canggung.
Di film produksinya Falcon Picture ini, ada special perform juga dari Kang Emil, Iqbaal CJR, dan Ayu & Ditto versi aslinya, bentaran aja. Vanesha yang dulu jadi Mileanya Iqbaal waktu papasan cuek, ga nyapa karena dia lagi fokus nyariin Ditto *yeeeh penting, ya dibahas?*
Mungkin a man atau a woman to be kalian ga jauh-jauh dari circle terdekat. Coba dicek siapa temen deketnya yang masih free hahaha.... Amazing, ternyata tipikal player bisa sampai di titik ujug-ujug tobat. Udahan aja gitu maen-maennya. Menurut saya ini kasus langka, karena dalam keseharian kalau nemu kayak ginian kan bikin kita mikir dua kali. Are you sure? Really? Kayak gitu lah. Yang ada juga bakal kita geser ke bawah, bukan prioritas utama. Tapi karena udah klik ya mau gimana lagi? Toh petualanganya Ditto kan cuma pelarian. Entahlah kalau Ayu kenapa pernah jadi play girl juga.
Ditto emang jelas naksir Ayu diam-diam, sementara Ayu ga sadar kalau Ditto itu seperti kepingan puzzle terakhirnya. Ayu ga sadar kalau selalu melibatkan Ditto sebagai teman jalan bahkan buat disuruh-suruh, dinasihatin dan apapun yang bikin Ditto nurut. Ayu selalu menceritakan Ditto sama pacar-pacarnya, Nah, orang yang menyadarkan Ayu itu adalah Rifnu (Refal Hady) yang tidak lain adalah pacarnya Ayu sendiri. Sementara bagi Ditto, Rifnu bagaikan alarm yang membuatnya harus mengambil keputusan. Now or never!
Ditto emang jelas naksir Ayu diam-diam, sementara Ayu ga sadar kalau Ditto itu seperti kepingan puzzle terakhirnya. Ayu ga sadar kalau selalu melibatkan Ditto sebagai teman jalan bahkan buat disuruh-suruh, dinasihatin dan apapun yang bikin Ditto nurut. Ayu selalu menceritakan Ditto sama pacar-pacarnya, Nah, orang yang menyadarkan Ayu itu adalah Rifnu (Refal Hady) yang tidak lain adalah pacarnya Ayu sendiri. Sementara bagi Ditto, Rifnu bagaikan alarm yang membuatnya harus mengambil keputusan. Now or never!
Film TTM tidak menampilkan hal baru dari versi novel kecuali informasi kalau Ditto ternyata sudah lama memerhatikan Ayu jauh sebelum ketemu. Selebihnya apa yang digambarkan oleh Rako Prijanto sebagai sutradara cukup merepresentasikan apa yang diceritakan dalam novel minus kerempongan pesiapan menikah dan printilan drama yang terjadi setelah mereka menikah.
Beberapa gumaman geli sempat tertangkap telinga saya waktu nonton film ini. Fiuh, syukurlah yang nonton bareng saya di studio TSM itu kebanyakan mahasiwa/mahasiswi STPDN. To be honest, saya suka terganggu dengan celotehan dedek-dedek emesh kalau lagi nonton film walau sebenarnya segmen film ini emang udah masuk range usia mereka yang udah masuk usia 13 tahun. Ya, segmen abg sih tapi ga lebay. Anyway, buat saya pergi nonton film sendiri tanpa teman jalan bareng itu ga masalah. Kan yang jadi fokus itu layar di depan sana, bukan teman di sebelah. Ya, ga? Tapi bukan berarti saya anti nonton sama temen, lho.
Saya kasih rate 3,2 dari 5 bintang. Performanya Vanesha punya andil besar membuat film ini bikin saya betah ngikutin diikuti oleh ekspresinya Adipati Dolken saat memainkan perkusinya itu.