Bulan September kemarin ini saya dihibur oleh dua aksi aktingnya Oka Antara. Yang satu versi layar lebar, alias film bioskop Aruna dan Lidahnya. Satunya lagi, serial tv Brata. Tepatnya ada di aplikasi Hooq.
![]() |
gambarnya ngambil dari hooq.tv |
To be honest, saya lebih menyukai yang Brata ini dibanding film. Kebetulan pula peran Oka di kedua sinema ini adalah sebagai seorang penyidik. Selain struktur ceritanyanya juga lebih jelas dan fokus, peran Oka Antara yang memerankan Detektif Brata lebih nampol.
Kalau kalian suka serial-serial detektfif let's say serial Conan, mesti suka juga serial Brata ini. Jarang-jarang lho ada serial tv di Indonesia yang genrenya macam gini. Asiknya lagi jumlah episodenya ga banyak. Enam seri aja. Buat serial Conan saya malah udah lempar handuk. Udah hopeless nyari tau gimana nasib akhirnya detektif yang dikutuk ga menua itu hahaha.... Bisa lah nonton serial Brata ini dimaratonin 2 hari mah. Durasi per episodenya juga cuma 45 menitan, kok.
Cerita dibuka ketika Brata mendapat laporan ditemukannya korban mutilasi yang mayatnya dibuang di sebuah gedung yang sudah tidak terpakai. Semacam bekas proyek yang terbengkalai. Entah apa alasannya (seiring berjalannya cerita, gedung tempat ditemukannya jenazah yang dimutilasi ini adalah salah satu kepingan teka-teki dari misteri yang terkait).
Tidak banyak petunjuk yang ditemukan, tapi berkat kejelian Brata dan timnya, dari penelusuran saksi, tim mulai mengumpulkan data dan fakta. Di awal cerita, pelaku meninggalkan kode berupa boneka Cepot. Tokoh wayang sunda yang punya makna bagi si pelaku sekaligus 'ngeledek'. Cepot adalah karakter orang lugu, terkesan bodoh tapi sebenarnya punya kecerdasan. Gemes kan, kayak ditantangin gitu. Hayo, bisa ga membuka tabir kasus ini? Pelaku jekahatannya emang tipikal psikopat, sih.
![]() |
gambarnya dari https://www.pikbee.com/hooq.id |
Jalinan kasus semakin rumit. Bukan saja melibatkan masa lalu Brata dengan gembong mafia narkoba, tapi juga masalah politis dan sahabat-sahabatnya sendiri. Dalam salah satu episode, Brata bahkan dengan terpaksa harus menahan dokter Vera (Laura Basuki), salah satu timnya juga. Gara-garanya, karena temuan yang terkumpul mengarah pada dirinya.
Saya semacam bingung dibuatnya. Hah? Dia? Kok bisa? Ga mungkin ah. Dengan tone sinematografi yang dominan dengan unsur suram, saya dibikin ga sabar buat menyelesaikan satu epiosde ke episode berikutnya.
In my opinion, ini salah satu penampilan terbaiknya Oka, lho. Tegas dan dinginnya malah bikin saya suka. Di sini kita akan melihat tokoh Brata yang ga kenal kompromi. Bukan cuma sama lawannya, dengan teman atau atasannya sekali pun.
Dalam satu scene Brata sempat mengecam atasannya. Brata yang patuh pada hukum, kesal karena tertahan dengan instruksi dari atasannya. Brata sempat curiga ada unsur politis ketika ia harus dibebastugaskan.
Saya juga dibikin gemes dengan kelakuan koleganya Brata, Putu yang diperankan Randy Kjaernett. Putu ini tipe polisi yang sok charming darn cari muka. Bukan hanya bikin ilfil teman-temannya. Saya aja sebel kalau di dunia nyata ketemu orang macam Putu. Cakep sih iya. Tapi kalau carmuk kayak gitu, bawaannya pengen nonjok aja. Kadang suka bertindak serampangan pula. Ngeselin lah.
Selain konflik dengan sesama teman sebagai aparat penegak hukum, masalah pribadi, atau politis dengan pihak lain yang terlibat di kasusnya, seial Brata juga menampilkan karakter yang berbau klenik.
Seorang cenayang yang hadir di film ini juga bukan cuma figur tempelan yang meramaikan cerita. Semakin jauh film bercerita, semakin banyak keterlibatan tokoh-tokoh pemeran pembantu yang punya sangkut paut dengan kasus yang harus diselesaikan.
Yang paling menarik buat saya adalah karakter Teja, seorang office boy yang diperankan oleh Bisma Karisma. Paling stand out deh. Di luar kebiasaan dari peran yang suka dimainkannya soalnya. By the way,untuk mendalami perannya, Bisma bela-belain lho menjalani kehidupan sebagai seorang office boy. Selain film Silariang, saya juga suka sama aktingnya Bisma di serial ini.
Baca juga :
Review Film Silariang, Cinta yang Tak Direstui
Yang paling menarik buat saya adalah karakter Teja, seorang office boy yang diperankan oleh Bisma Karisma. Paling stand out deh. Di luar kebiasaan dari peran yang suka dimainkannya soalnya. By the way,untuk mendalami perannya, Bisma bela-belain lho menjalani kehidupan sebagai seorang office boy. Selain film Silariang, saya juga suka sama aktingnya Bisma di serial ini.
Baca juga :
Review Film Silariang, Cinta yang Tak Direstui
Kalau saya bilang nih, serial Brata ini bukan cuma unggul karena beda dari genre yang ditawarkan juga alur ceritanya. Kritik sosial yang disampaikannya juga keren. Pake banget.
Saya sempet bingung juga, kalau Brata yang begitu kritis dan ga pandang bulu menegakan hukum (bahkan ga segen-segan kan ketika ia terpaksa menahan temannya sendiri) kok bisa-bisanya punya hutang sama rentenir? Tenang aja, di part lain, akan terjawab juga soal ini.
Gimana ending filmnya?
Twist dari film ini sangat layak diacungi jempol. Kalau jeli, di pertengahan serial, sebagai penonton kita sudah bisa menebak siapa sebenarnya pelaku kejahatan. Tapi bagaimana treatment dari para direktor film ini (Aldo Swastia, Mike Pohorly, Kuntz Agus, Mark O'Fearghail, Mark O’Fearghail) menyelesaikan permasalahan, atau bagaimana bercerita sebab dan akibatnya yang tidak terduga juga ga kalah berkelas dengan seri-seri detektif ala Hollywood lho. Ga ragu deh kalau saya kasih 8,5 dari 10 bintang.
O, ya siapkan juga stok nyali, ya. Soalnya ada lumayan banyak adegan adu fisik, atau berdarah-darah yang bakal kita saksikan di sini.
Dari sekian serial sinteron tv yang ga jauh-jauh bercerita tentang azab, pelakor (perebut laki orang), anak yang tertukar, atau tema cerita klasik yang banyak meh-ablenya, serial Brata ini jadi opsi menarik sebagai referensi serial.
Cuma satu saja minusnya serial ini. Ga bisa dinikmatidi stasiun tv konvensional. Yang punya akses ke aplikasi saja yang bisa menikmati. Tapi dengan akses digital apa lagi koneksi paket data dari Telkomsel sebagaiprovider sejuta umat, mestinya banyak yang bisa menontonnya. Mudah-mudahan juga bisa menularkan energi positif buat para pelaku atau industri sinetron lainnya di Indonesia untuk membuat serial tv yang lebih baik.