Ini Si Doel anak Betawi asli, kerjaannya sembahyang mengaji
tapi jangan bikin die... sakit hati
Aku tergelitik dengan lirik ini waktu nonton film Si Doel 2 beberapa waktu lalu. Errr... jangan bikin dia sakit hati? Kesan yang ada malah Si Doel ini bikin dua wanita, yaitu Sarah (Cornelia Agatha) dan Zaenab (Maudy Kusnaedi) sakit hati karena 'memelihara' sikap plin plannya.
Aku bukan pemirsa setianya Si Doel 2 ini waktu masih tayang sinetronnya di tv. Alur cerita yang panjang dan butuh ketabahan waktu buat mengikuti konflik di dalamnya adalah salah satu alasannya. Namun dari beberapa serial yang pernah aku tonton, bisa menyimpulkan sedikit banyak tipikal karakter utama di dalamnya.
Aku bukan pemirsa setianya Si Doel 2 ini waktu masih tayang sinetronnya di tv. Alur cerita yang panjang dan butuh ketabahan waktu buat mengikuti konflik di dalamnya adalah salah satu alasannya. Namun dari beberapa serial yang pernah aku tonton, bisa menyimpulkan sedikit banyak tipikal karakter utama di dalamnya.
Si Doel, udah jelas. Plinplan. Ga bisa mengambil sikap dan keputusan. Mandra yang nyablak, malah terlalu jujur. Bikin khawatir kalau kita sempat menitipkan curhat yang sifatnya rahasia. Semacam bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Lalu ada Mas Karyo (almarhum Basuki), penggemar burung yang jadi saudara iparnya Doel alias nikah sama Atun (Suti Karno), yang jangan dilupakan adalah karakter Sabeni (almarhum Benyamin Sueb), babenya Doel. Tipikal ortu yang kolot, 'memaksakan kemauannya pada anak' ga demokratis. Bisa bikin stres kalau kita punya orangtua seperti beliau.
Soal Babe ini juga yang ditegaskan oleh Mak Nyak (Aminah Cendrakasih) waktu kedatangan Sarah yang tiba-tiba ke rumahnya bersama Si Doel kecil. Doel itu anaknya terlalu penurut, ga asertif bahkan ketika kuliah dulu. Menjadi seorang tukang insinyur adalah bukti baktinya sebagai anak pada ayahnya. Padahal Doel maunya kuliah di fakultas ekonomi. Ya memang akhirnya dijalani juga, melupakan keinginannya untuk menempuh pendidikan sebagai calon sarjana ekonomi. Diskrimnasi ilmu eksak dan sosial juga ga sih? Emang kenapa kalau jadi sarjana ekonomi?
Lain dulu lain sekarang. Anak jaman sekarang bisa lebih 'berani' menentukan pilihan dan mengajukan alasan kuat mengambil sikap dan keputusan, tanpa takut 'ancaman' orang tua. Gimana coba kalau dilakukan anak jaman dulu?Berani membangkang orangtua? Putus hubungan keluarga atau anak durhaka. Risiko paling kecil mungkin perasaan bersalah karena ga bisa nurutin.
Sekarang?
Aku pernah ngobrol sama adikku. Kalau ada anak durhaka, emang ga ada ortu durhaka?Aku tertawa geli. Tapi setelah dipikir ada benarnya lho. Sikap keras orangtua ini bisa membentuk karakter anak dan berperngaruh dalam interaksi soial dan relationshipnya di masa depan.
Serasa nonton sinetron, film ini seakan mengulur waktu dengan beberapa adegan flashback scene sinetron dulu atau kehadiran Munaroh, sahabat Zaenab yang pernah ditaksir oleh Mandra. Masih berkutat dengan romansa masa muda. Kalau di film pertama kehadiran Mandra ini jadi terasa biasa saja buatku. Walau rasanya pengen nempelin plester buat nutup mulutnya yang ember itu. Keemberannya Mandra ini ga bisa disalahkan. Cepat atau lambat Doel emang harus ngomong bukan diem aja. Gemes banget aslinya akutuh sama cowok kayak gini. Curhat, mbak?
Alih-alih jadi timnya Zaenab atau timnya Sarah aku lebih 'concern' dengan nasib Doel kecil dan calon anak (mungkin) Zaenab. Kenapa aku bilang mungkin? Ya karena di filmnya ga diceritakan Zaenab sudah mengujinya dengan test pack dan memastikannya ke dokter. Analisaku karena Zaenab sedang galau, dia masih menunda untuk berceritanya pada Doel kalau dia mungkin hamil. Kesel dan greget jadinya aku sebagai penonton. Tapi cowok nyebelin kayak Doel ini banyak fansnya. Terbukti dalam raihan penonton bioskop, yang setia dan rela meluangkan waktu buat melihat kelanjutan dilema CLBK alias Cinta Lama Belum Kelar ini banyak sekali.
Nah kalau beneran Zaenab hamil, Doel bakal nambah lagi korban 'luka hati', jabang bayi yang bersemayam dalam perut Zaenab. Suasana hati ibu padahal bakal ngaruh sama janin yang dikandung. Ya, aku memang bukan belum jadi calon ibu.
Dari beberapa pengamatan dan sharing soal ini jadi landasan pemikiranku. Selain lagi seneng nyimak channel soal psikologi jiwa dan Dedy Susanto di channel youtube, beberapa waktu lalu juga pernah ikut kelas BARS (nanti aku ceritakan di blogku www.catatan-efi.com, ya). Yang mengerikan luka hati orang tua bakal direkam di alam bawah sadar janin, dan tersimpan sampai 3 generasi ke depan. Hayooo gimana ga serem?
Dari beberapa pengamatan dan sharing soal ini jadi landasan pemikiranku. Selain lagi seneng nyimak channel soal psikologi jiwa dan Dedy Susanto di channel youtube, beberapa waktu lalu juga pernah ikut kelas BARS (nanti aku ceritakan di blogku www.catatan-efi.com, ya). Yang mengerikan luka hati orang tua bakal direkam di alam bawah sadar janin, dan tersimpan sampai 3 generasi ke depan. Hayooo gimana ga serem?
Menghimpun dua cinta dalam satu mahligai perkawinan (alias poligami) bukan jawaban yang gampang bagi Doel. Bukan cuma karena Doel ga tegas, tapi juga bakal nambah korban hati yang terluka sepeti lagunya Betharia Sonata dulu. *ish jadul amat ya*. Poligami bukan solusi cepat kalau ga bisa adil.
Di sisi lain Doel bukan orang yang mudah 'damai' alias cheating untuk urusan proyek. Doel bisa jujur soal kerjaan, ga mau bikin orang celaka, tapi Doel ga bisa jujur soal perasaannya. Kesel? Banget!
Di sisi lain Doel bukan orang yang mudah 'damai' alias cheating untuk urusan proyek. Doel bisa jujur soal kerjaan, ga mau bikin orang celaka, tapi Doel ga bisa jujur soal perasaannya. Kesel? Banget!
Entah apa keputusan yang akan diambil Doel dalam sequelnya yang ketiga. Nyebelin banget plinplannya Doel ini. Untuk mengetahui keputusannya harus nunggu setahun ke depan. Lebih nyiksa dari nunggu sinetron yang lanjutannya bisa kita lihat satu minggu dari episode terakhir. Ya, kan?
Kalau jadi sahabatnya Doel dan aku menemukan hal ini dalam kehidupan nyata, siapapun yang akhirnya dipilih Doel, imho penyelesaiannya bukan cuma rujuk. Tapi juga harus konsultasi sama konselor pernikahan buat membereskan semua luka lama.
Sarah yang sok ikhlas dan tegar minta cerai pun berusaha ngeles waktu ditanya oleh Hans (Adam Jagwani) soal perasaannya. Ga mudah untuk bilang aku baik-baik saja.
Padahal kalau kalian nyimak baik-baik prosesi akad ada sighat talak. Dua poin pernyataan diantaranya adalah bila suami meninggalkan istri lebih dari dua tahun, ga ngasih nafkah lebih dari 3 bulan. Tapi menjatuhkan keputusan cerai bukan perkara sederhana.
Sarah yang sok ikhlas dan tegar minta cerai pun berusaha ngeles waktu ditanya oleh Hans (Adam Jagwani) soal perasaannya. Ga mudah untuk bilang aku baik-baik saja.
Padahal kalau kalian nyimak baik-baik prosesi akad ada sighat talak. Dua poin pernyataan diantaranya adalah bila suami meninggalkan istri lebih dari dua tahun, ga ngasih nafkah lebih dari 3 bulan. Tapi menjatuhkan keputusan cerai bukan perkara sederhana.
Gimana sama sikap Zenab? Jangan ditanya lah.
Sifat pendiemnya ini sebenarnya bahaya juga. Bahaya karena cuma nambah luka yang ga beres-beres. Literally, dalam film ini juga mengambarkan ia terluka secara fisik ketika 'nguping' obrolan Mak Nyak dengan Sarah. Walau kesel dengan masalah yang terus berputar, aku akuin Si Doel 2 ini lebih mengaduk perasaan. Aku sampai menitikan air mata dibuatnya. Peralihan kamera yang 'ngeshoot' Sarah dan Zaenab pas banget untuk memancing air mata keluar.
Padahal sama dengan Sarah, Zaenab sudah punya rencana mau ngobrol sama Sarah. Hati perempuan emang rumit, yes? Diemnya mereka, terserahnya mereka itu malah bisa bikin tambah pening. Untuk soal remeh seperti menentukan mau makan apa atau di mana pun dengan teman aku suka kesel. Padahal dengan sesama perempuan lho.
Balik lagi soal filmnya ini aku merasa Doel kecil (Rey Bong) waktu ketemu Zaenab dia seperti kagok. Beda dengan sikapnya saat ia disuruh cium tangan Mak Nyak. Kalau kalian sudah nonton di film petama, ga mudah bagi Doel kecil untuk menerima kehadiran bapaknya. Bapaknya yang 'menghilang' sejak ibunya mengandung, membuat ga semudah itu bagi Doel kecil untuk begitu saja menerima kehadiran bapaknya.
Pikiran isengku yang menyimpang dari alur film, ketika dewasanya (ya kali aja bisa dibuat serial sinetron format baru dengan alur panjang kayak sinetron Tersanjung dulu), luka hatinya yang ga diberesin bisa melukai perempuan lain yang hadir dalam kehidupan masa dewasanya kelak. Ya analisaku ini emang kejauhan hahaha
Jadi gimana? Kalian tetap mendukung Doel bersatu dengan Sarah kembali atau kalian yang ingin Zaenab tersenyum karena bisa memenangkan hati Doel si plin plan ini? Mudah-mudahan di film ketiganya nanti Doel beneran berubah. Ga cuma bikin Sarah dan Zaenab nelangsa atau bikin greget orang-orang sekitarnya tapi juga kita penontonnya. Dan kalian yang belum nikah, jangan jadikan ganti status dari single jadi double sebagai goal. Setuju?