Pernah menyaksikan ga situasi pernikahan yang didasari perjodohan? Atau mungkin ngalamin sendiri? I almost there :) Tapi bukan itu yang mau aku ceritakan. Aku mau cerita tentang pernikahan atas dasar perjodohan yang dialami Bian dan Btari dalam Film Wedding Agreement. Film anyar dari rumah produksi Starvision yang rilis di bulan Agustus 2019 ini.
Film arahannya Archie Hekagery yang diangkat dari novel laris karya Mia Chuz ini mendapuk Refal Hady dan Indah Permatasari jadi pemeran utamanya. Di awal film, saat adegan akad muncul. sudah muncul kutipan hadist tentang empat alasan perempuan dinikahi: Harta, keturunan, kecantikan dan agamanya.
Film yang diplot untuk tayang menjelang hari raya Idul Adha ini jauh dari kesan film religi yang preachy alias menceramahi penontonnya. Bahkan saat Btari membujuk Bian untuk salat di masjid pun tampak santai, bukan nakut-nakutin ala sinetron religi. "Kalau pria itu solat di masjid, bukan di rumah. Kamu mau dipanggil pria soleh atau solehah?" Aku senyum-senyum aja waktu adegan ini muncul. Ya emang mau Bian dipanggil pria solehah? Padahal dalam kesehariannya, digambarkan Bian ini agamanya masih harus banyak belajar sebagai sosok pemimpin keluarga.
Meski digambarkan kalau Bian terpaksa menikahi Btari karena alasan ortu dan menarik garis batas langsung setelah hari pernikahan, apa yang dialami Btari selama menikah dengan Bian tidak terkesan horor atau teraniaya semisal suami yang kasar baik secara verbal atau fisik.
Kabar baik buat kalian yang dalam waktu dekat ini akan menjalani pernikahan yang dijodohkan mungkin bisa membuang jauh-jauh bayangan ketakutan seperti yang digambarkan sinetron di tv. Walau dalam kenyataanya ya ada aja suami yang kasar gitu, ya. Tapi konsep drama yang disodorkan oleh film ini cukup menarik.
Kabar baik buat kalian yang dalam waktu dekat ini akan menjalani pernikahan yang dijodohkan mungkin bisa membuang jauh-jauh bayangan ketakutan seperti yang digambarkan sinetron di tv. Walau dalam kenyataanya ya ada aja suami yang kasar gitu, ya. Tapi konsep drama yang disodorkan oleh film ini cukup menarik.
Jawaban polos dari Btari seperti "Iya tadi kami udah latihan" ketika ada yang mengomentari kemesraannya adalah salah satu contoh film ini bergenre religi ini membungkus konflik yang terjadi jadi sesuatu yang lucu dilihat dari sudut pandang yang lain.
Bian yang ketus sama istrinya tapi romantis banget sama Sarah dan gengsi menerima kebaikan Btari ini emang ngeselin dan bikin gemes. Konon katanya aslinya orang itu bakal keliatan kalau sudah nikah. Nah lho. emang yakin Sarah bakal tetep love-able kayak waktu pacaran?
Gemes jadinya Ya, kalau jadi temennya Bian bakal ngomelin kurang lebih seperti ini. "Btari itu kurang apa, sih? Ya cantik, soleh, pinter, jago masak, jago bisnis. Paket komplit. Udah jalanin, aja. Lupain mantan, nanti juga cinta bakal tumbuh sendirinya."
Gemes jadinya Ya, kalau jadi temennya Bian bakal ngomelin kurang lebih seperti ini. "Btari itu kurang apa, sih? Ya cantik, soleh, pinter, jago masak, jago bisnis. Paket komplit. Udah jalanin, aja. Lupain mantan, nanti juga cinta bakal tumbuh sendirinya."
Errr.... terdengar klasik soal cinta yang bertumbuh sendiri seiring waktu itu, ya? Kalau Btari diuji dengan judesnya Bian, sebaliknya malah dialami Bian. Bian digoda oleh banyak hal. Ya Sarah yang manja, ya baktinya sama ortu ya gengsinya juga.
Alih-alih merasa marah atau dibuat sedih menyaksikan film sepanjang 100 menit ini, aku nyaris dibuat senyum karena berantemnya mereka atau dialog-dialog lainnya antara Bian dan Btari terdengar lucu dan spontan. Lebih mirip dua orang anak SMA atau kuliahan yang gengsi mengakui perasaan satu sama lain. "Biarin aja, ntar juga mereka balikan lagi."
Gimana dengan Sarah?
Porsi Sarah lumayan banyak tampil dalam beberapa scene. Jauh dari omongan Bian yang menyebut Btari penghancur rencana Bian dengan Sarah yang sudah lama jalan, aku malah merasa Sarah adalah karakter antagonis yang nyebelin. Meskipun Sarah ujug-ujug berubah sikap menjelang film usai. Baru di sini aku bisa melihat Aghnini Haque bisa lebih lepas dan sialnya malah dibumbui adegan ala FTV setelah sebelumnya juga muncul melibatkan Sarah. Kedua scene ini membuat Btari patah hati dan bikin kesal penonton.
Tadi aku sempat bilang soal cinta akan tumbuh dengan sendirinya, kan? Itu yang dialami oleh Bian. Bian termakan oleh ancamannya sendiri. Perlahan Bian mulai jatuh cinta pada Btari dan takut kehilangan.
Kehadiran para aktor senior seperti Mathias Muchus (Pakde), Ria Irawan (Bude), Bucek dan Unique Priscilla yang jadi ayah ibunya Bian mewakili sudut pandang kebanyakan orang-orang di sekeliling kita yang menganggap kehidupan pasangan baru menikah itu indah kadang ditingkahi kekepoan yang sering ditafsirkan macam-macam kalau ada sesuatu hal yang tidak seharusnya. Hidup kita emang begitu, ya. Kita yang menjalani, orang lain bagiannya berkomentar.
Ya, orang lain boleh komentar apa saja soal pernikahan kita (kita, Fi? Situ kan masih lajang). Semisal Ami yang diperankan Ria Ricis yang lebih emosional - sebagai pengamat yang banyak lebainya. Tapi, kendali di tangan untuk menghadapi konflik jangan sampai lepas. Bagaimana Btari mengendalikan perasaan dan kesadarannya sebagai istri solehah panutan di film ini jadi kunci film Wedding Agreement sebagai film drama romantis yang menghibur.
Wahai para pembuat film, sinetron atau FTV, cerita-cerita horor begitu sudah lebih dari cukup mengintimidasi para lajang, lho. Beneran. Ga usah drama queen ala Cinderella segala sih. Wedding Agreement ini adalah salah satu contohnya.
Aku acungkan 7 dari 10 bintang buat film ini.