Toko Barang Mantan: Preloved & Been Loved

Pernah punya mantan atau minimal gebetan?  Pasti pernah ya. Ya kalau enggak flat aja perasaannya, sampe lempeng gitu sama lawan jenis. Masa ga pernah gitu ngalamin ser-seran liat orangnya atau denger namanya disebut? Hahaha...  Ini yang nulis juga pernah ngalamin, kok. Jadi meski ekspresinya lempeng sesungguhnya perasaannya enggak tuh :D

Tergelitik dengan judulnya yang menarik: Toko Barang Mantan (TBM), membuat saya pengen tuntasin rasa penasaran dengan nonton film yang dibintangi oleh Reza Rahadian yang berperan sebagai Tristan dan Marsha Timothy yang ceritanya jadi Laras, mantannya Tristan itu.

Bersama dua karyawannya, Rio (Iedil Dzuhrie Alaudin) dan Amel (Dea Panendra) Tristan mengelola toko jual beli barang preloved. Genrenya spesial:  bekas pemberian mantan yang ga pengen dikeep lagi sama pemiliknya.

Mungkin saking gedeknya sama mantan, para kliennya TBM ini rela melepas harga dengan banderol yang ditawarkan oleh Tristan dkk. Take it or leave it. Sementara itu kalau harus berakhir namun tetap berkesan (ehm) rasanya kok sayang ya  buat dijual? Ya siapa tau kan bisa buat jadi temen ngelamun, flashback inget masa-masa indah. Orangnya ga dapet setidaknya masih ada barang dan sisa kenangan. Begitu. 

Sementara itu kalau rese dan bikin kesel malah semakin bikin gondok. Thanks to TBM yang bersedia jadi pengepul barang mantan ini. Ga bisa hempasin orangnya, barangnya juga gapapa. Anggap aja ekspresi secara simbolik. Meski begitu, TBM  punya prinsip barang yang dijual punya nilai jual berupa 'story behind' dan transaksi harus dilakukan secara luring alias offline. Harus ada kontak mata dan anti banget dengan konsep online. Karena yaaa di situ chemistrynya.  Makanya ketika Tristan sempat banting setir menjual barang lewat IG, Amel manyun, ga terima konsep ini.

Yang namanya bisnis yaaa ada aja pasang surutnya. Begitu juga dengan TBM ini. Tristan harus memutar otak gimana caranya biar bisa terus on and on dengan tokonya.  Tristan ini tipikal idealis tapi gengsinya duile... selangit! Ogah banget buat nerima bantuan dari bapaknya (Roy Marten) karena nikah lagi sama perempuan (Widi Mulia) yang usianya ga jauh beda sama dirinya. Tapi di film ini, wajah Tristan agak sedikit boros untuk ukuran mahasiswa yang nyaris abadi dengan rambut gondrongnya itu. Duh maafkan saya Reza :D

"Tai Kucing!" 
Omelan Tristan waktu benerin telinga cangkir alumunium bertuliskan Cinta Bisa Patah sungguh terasa awkward.  Tristan yang nynyir karena cinta bisa rapuh lupa kalau dulunya dia adalah broken heart maker dengan reputasinya sebagai playboy di kampus.

Nah, selincah-lincahnya playboy pasti bakal ada momen dia serasa menemukan cinta sejatinya. Playboy insyaf. Kisah cinta yang legend seantero kampus seperti dibilang Amel (emang ada ya? Jaman saya kuliah dulu heboh-heboh romance yang familiar cuma level fakultas atau jurusan hahaha. Kalau sampai terkenal sekampus luar biasa lah) adalah saat ia jadian dengan Laras ini.

Nah setelah sekian tahun itu, mereka (ya Tristan dan Laras) ketemu lagi.  Tepatnya Laras yang nyamperin Tristan buat kasih undangan. Ujung-ujungnya, reunian mereka berdua ini menggeser posisi toko yang jadi aset kebanggaan Tristan itu jadi pemain kedua dalam fokus penceritaan film.  Karena judulnya aja Toko Barang Mantan, kan?  Fokus cerita malah jadi beralih ke konflik CLBK alias Cinta Lama Belum Kelar. 

Ini yang membuat saya gelisah. Kok malah jadi cerita dua anak manusia yang lagi baper sama masa lalu gitu, ya? Ih Tristan lupa apa, kalau dengan hadirnya toko miliknya itu kan ajakan Tristan buat move on? Semacam itu yang kepikiran selama menonton.  Eksplorasi cerita  para klien soal barang mantannya akan lebih menarik kalau lebih dikembangkan di sini. 

Oke, the show must go on. Pantang buatku surut mengikuti film sampai akhir. Ya siapa tau kan ada part lain yang menarik..

Kenyataannya selama 98 menit durasi film yang dibesut oleh sutradara Viva Westi dan penulis naskah Titien Wattimena ini memang seakan membagi panggung antara toko dengan konflik Tristan dan Laras. Atau memang toko ini hanya jadi pembuka jalan untuk Tristan dan Laras ketemuan lagi.

Soal akting Reza dan Timothy udah deh bukan masalah. So far penampilan mereka di beberapa film yang sudah dibintangi keduanya ga diragukan lagi. Apalagi chemistry di antara keduanya udah dapat. Walaupun ga nyaman aja lihat Tristan yang nyolot-nyolot sama Lalras kalau lagi ngobrol dan bahas masa lalu. 

Di sisi lain saya sebel juga sama karakter Laras.  Katanya mau nikah, tapi masih nyosor deketin mantan dan masih nyari alasan keselahan calon suaminya sebagai dalih untuk deketin lagi mantan. Padahalnya kalau merunut sikap Tristan di masa lalu, mestinya Laras kapok buat muncul lagi. 

Ini Larasnya juga ngeselin. Sebelas dua belas aja sama Tristan. Emang yang namanya cinta lama belum kelar, jadinya gitu. Pernyataan I love you atau kita udahan  itu emang penting. Bukan cuma di awal saja, tapi juga di akhir. Ya, ga? Perempuan adalah  jenis mahluk Tuhan yang butuh bukti secara verbal untuk meyakinkan mereka itu ga sedang mimpi.  Karena kalau cuma diekspresikan lewat sikap, nanti dianggap salah menafsirkan gimana? Jangan miara GR.

Ketika Tristan mengeluh susahnya ngumpulin uang buat bayar sewa toko pun cukup menggelitik. Sebesar apa sih biaya sewa toko itu? Di sisi lain TBM kan harus punya fresh money juga agar cash flownya tetep sehat. Selain buat operasional toko kayak bayar listrik dan bayar gajian, juga buat dana talangan beli barang mantan itu tadi. Karena begitu barang dipajang harus ada yang nunggu adopter alias yang siap jadi tuannya yang baru. 

Meski pun ada pelanggan setianya tapi dari traffic pengunjung, TBM ini mengalami performa yang terus menurun. Di part lain pengunjung TBM juga sebenarnya ga begitu peduli dengan latar cerita. Makanya aneh juga sih kalau TBM sampe mau beli sobekan tiket nonton. Meskipun harus segepok gitu. 

Story behind barang juga bukan preferensi (at least for me) untuk membeli sebuah barang preloved. Yang penting nilai gunanya. Masih bisa dipake atau layak.  Lain ceritanya kalau itu adalah punya artis atau publik figur idola misalnya.  Yakin deh bakal banyak yang ngejar dan rela membayar lebih mahal. Sementara kalau seseorang itu ga kita kenal,  kenapa harus menghamburkan uang untuk hal yang ga dibutuhkan? Mubazir.

medcom.id

Penampilan Dea Panendra di film ini cukup mengalih perhatian, walaupun agak cringe dengan obsesi kisah cinta yang manis. 

Scene ketika Dea menyanyi di film ini (yang juga jadi OST filmnya) adalah bagian terbaik di film ini.  Kebetulan juga kalau Dea ini adalah alumni ajang pencarian bakat Indonesian Idol di tahun 2010. Itu juga yang membuatnya percaya diri menyanyi dengan suaranya sendiri. 

At last, 3  dari 5 bintang  saya kasih buat Toko Barang Mantan. 

Post a Comment

0 Comments