Mekah I'm Coming dan Haji Abal-abal

Amalan itu gimana niat. Niat atau motivasi itu yang akan melandasi gimana orang menjalani dan efek sesudahnya.

Pergi haji misalnya. Beneran tulus mau beribadah menunaikan rukun islam kelima? Atau pengin menaikan derajat status saja?  Dengan status sosial yang terasa wah berkat embel-embel haji di depan nama ini akan memberikan akses previledge yang lebih mudah, termasuk menikah misalnya.

Gagasan pergi haji dengan motivasi yang melatarinya ini jadi ide cerita Film Mekah I'm Coming dibuat.  Dibintangi oleh Rizky Nazar yang memerankan Eddy dan Michelle Ziudith sebagai Eni, film besutannya Jeihan Angga dan  Hanung Bramantyo selaku  produser, menghadirkan kritik sosial dibalut komedi yang segar. 

Ceritanya, Eddy yang sudah pacaran 10 tahun dengan Eni mendadak ingin pergi haji. Motivasinya satu saja, agar bisa menikahi Eni.  Mau tidak mau ini adalah jalan pintas bagi Eddy kalau tidak mau kehilangan pacarnya yang akan dijodohkan dengan Pietoyo (Dwi Sasono) seorang sadagar kaya di kampungnya.

Masalahnya Eddy tidak bisa ujug-ujug pergi haji karena harus mengantri lama. Secara normal untuk wilayah Jawa Tengah di mana kampung halaman Eddy ini berada,  ia harus menunggu 20 tahunan.

Ya memang sih selalu ada keajaiban di mana ada orang yang bisa pergi haji lebih cepat dari aturan umumnya itu.

Makanya Eddy begitu mudah dibutakan oleh Second Travel, yang mengingatkan kita  pada kasus serupa beberapa waktu lalu. Biro haji  abal-abal yang menjanjikan bisa pergi haji tahun dengan murah dan cepat. 

Meski mahal (padahal sudah dipotong diskon besar) Eddy iya-iya aja untuk menyetorkan uang yang banyak. Bahkan dengan jumlah segitu ia bisa lho menggelar hajat pernikahan yang mewah di kampungnya.

Dasar memang apes, Eddy baru sadar ia kena tipu beberapa saat menjelang keberangkatannya itu. Demi gengsi, Eddy bertahan di Jakarta mencari waktu yang tepat untuk kembali pulang sambil mengarang cerita seolah-olah ia sedang pergi haji dengan bantuan aplikasi editan foto.


Sentuhan komedi film ini sudah terasa sejak di awal film ketika rem mobil yang dikemudikan Eddy blong. Eddy yang ganteng dan punya pede tinggi itu ternyata sudah punya 'bakat' ceroboh seperti ketika mobil yang diservisnya meledak menimbulkan efek gumpalan asap yang dramatis, sukses membuat ibunya Eddy (alm Ria Irawan) pingsan. 

Di samping itu chemistry antara Rizky Nasar dan Michelle ZIudith yang sebelumnya pernah main bareng di film Calon Bini ini memberikan poin lebih menghidupkan cerita dengan konflik yang sederhana.


Pelepasan   warga kampung ketika salah satu warganya pergi berhaji atau sambutan yang gegap gempita ketika kembali seakan melemparkan saya pada kenangan ketika musik qasidahan masih jadi primadona dan sering diputar di tv. Warna-warna gonjreng yang dikenakan Eni dan para pendukung lainnya ngasih gambaran kehidupan masyarakat di pedesaan masih sederhana dan religius meskipun sudah tersentuh efek modern seperti kecanduan game atau sok-sok an jadi youtuber yang selalu ingin eksis.


Visualisasi lempar mike dari dua tepian jurang yang berjauhan memang agak lebay. Yang ini sih abaikan saja, logis gak logisnya. Bagaimana suara Eni jadi tidak terdengar karena operator  menggeser panel di mixer, atau ketika ia melakukan telepati ala sinetron dengan bapaknya (Totos Rasiti) adalah elemen komedi lainnya yang menghibur sepanjang film. 

Karakter anak-anak milenial yang punya kemauan keras dan sulit diancam tampak pada karakter Eni.  Jaman dulu ketika dikawinkan paksa mungkin cuma bisa nangis-nangis atau kawin lari.  Eni dan Eddy masih berusaha untuk berkompromi dengan situasi, menyiasati 'hukum sosial' agar keduanya bisa menikah meski harus menanggung risiko besar lewat cara bertutur konflik yang sederhana. 

Terlepas dari kurang wahnya  penyelesaian film ini, Mekah I'm Coming ini dengan jeli mengangkat fenomena sosial yang dekat dengan keseharian kita.  Status sosial seperti gelar haji jadi gengsi sendiri. Dan sepertinya cuma di Indonesia saja orang yang sudah pergi haji digelari H atau Hj di depan namanya. 

Pernah lihat nama Mike Tyson di berita-berita? Pernah tidak menemukan sebutan H di depan namanya? Atau cobalah untuk mencari murotal quran di youtube yang dilantunkan oleh param imam masjid di Mekah atau Madinah. Hanya ada gelar syekh yang artinya pemimpin, kepala atau alim ulama yang paham agama islam. Tanpa embel-embel gelar ini mereka santai saja.

Di luar interaksi antara Eddy dan Eni yang melibatkan keluarga dan 'persaingan' dengan pihak Pietoyo,  Mekah I'm Coming juga memotret reaksi dari para korban penipuan agen ravel dengan cara yang santai sambil menertawakan kebodohan yang pernah dilakukan.  Menjadikan seragam batik sebagai kain lap mungkin adalah ekspresi korban untuk melupakan kekesalan karena sudah terkena tipu. 

Dengan cara yang tidak 'menggurui', Mekah I'm Coming memberi kritik yang santai tapi ngena bagaimana kita memperlakukan status sosial, hanya karena sudah punya embel-embel gelar haji di depan nama. Mau pergi haji saja tidak cukup kalau  niatnya sudah salah.  Apalagi sampai kena tipu karena terobsesi untuk segera mewujudkan.  



Jadi budak status sosial sungguh melelahkan seperti yang dialami oleh Eddy atau tokoh lainnya di film ini. Ga usah jauh-jauh bahas akhirat, sanksi sosial yang diterima karena masyakarat merasa ditipu sudah siap menyambut. 

Mekah I'm Coming sukses mengajak penonton untuk tertawa sekaligus menertawakan diri sendiri. Bukan tidak mungkin tingkah para tokoh di sini pernah kita lakukan juga. Empat dari 5 bintang saya acungkan buat Mekah I'm Coming.














Post a Comment

0 Comments