Sebelum ini saya tuh masih punya bayangan kalau sosok Mike Tyson itu keras, bengal dan emosian. Tipikal senggol bacok. Kecolek dikit langsung ngamuk. Seperti itu.
Tapi kemudian saya baru tau kalau petinju yang rekor dunianya belum ada yang bisa menyamai ini ternyata adalah pribadi yang humble, nothing to lose, santai dan ikhlas.
Baginya hidup adalah tentang melewati sebuah kehilangan dan jadi bagian proses dari berkembang. Bukan cuma kita saja kok, setiap orang juga akan merasakan hal yang sama.
Wow, daleeem ya? Rasanya kayak ditabok (emang mau ditabok?)
Dalamnya Filosofi Kehidupan dari Si Leher Besi
Itu saya dapatkan waktu nonton acara Mola Living Live yang menghadirkan Mike Tyson sebagai bintang tamunya. Luar biasanya yang bertindak sebagi host acara kali ini adalah Bu Susi, mantan menteri perikanan dan kelautan itu lho. Dari ekspresi mikronya, terlihat Bu Susi dibuat speechless dengan setiap jawabannya Mike.
Tau ga apa jawaban Mike ditanya soal kematian? Gini katanya
"Kita tidak perlu membayar untuk hadir di sini (dunia maksudnya). Dan lihatlah berapa banyak yang kita dapatkan dari kehidupan"
Terlepas dari tampangnya yang masih kelihatan jejak preman dan kekerasan yang dialaminya di atas ring, ia mengalami titik balik saat di penjara (Mike pernah dipenjara 3 tahun atas tuduhan pemerkosaan). Mike menemukan jalan hidup barunya menjadi seorang muslim dan memandang hidup dengan santai. Katanya setiap hari adalah hal terberat dan terbaik dalam hidup.
Ini mungkin gambaran yang tepat untuk ungkapan tampang Rambo hati Rinto Harahap.
Wait, kenapa analoginya Rambo? Yang mudaan dikit napa? Oke, ganti deh.
"Tampang Vin Diesel hati Hello Kitty"
Huahahaha... Makin ngaco aja.
Pokoknya banyak banget deh obrolan Mike dan Bu Susi yang bisa dikutip buat quote-qoute gitu deh. Ternyata talk show yang saya tonton di Mola TV bikin nagih. Terus saya kepoin juga episode lainnya
Darren Aronofsky - Film Maker Yang terinspirasi Alam
Kalau disodorin nama ini, mungkin banyak yang belum ngeh. Sama saya juga asalnya ga familiar siapa sih dia?
Di acara Mola Living Live yang menghadirkan sutradara asal Amrik kali ini dipandu sama Rayya Makarim dan Timo Tjahjanto. Beberapa deretan film besutannya Darren antara lain adalah: Pi (1998), Requeim for a Dream (2000), The Wrestler (2008), Black Swan (2010), Noah (2014), atau film teranyarnya Some Kind of Heaven.
Gara-gara nonton epiosde yang ini saya jadi nambah whist list film buat nontonin filmnya besutannya Darren seperti Noah yang diangkat dari cerita Nabi Nuh dengan perahunya itu. Walau tampaknya Darren bukan orang religius, saya suka sama alasan Darren untuk mengangkat cerita ini.
Bagi Darren walaupun ini ceritanya udah lama tapi punya gagasan yang bisa diangkat, bagaimana konsennya menyelamatkan hewan dari bencana.
Yang keingetan dari kisah Nabi Nuh dan kapalnya itu kan gimana susah payahnya Nabi Nuh membujuk anaknya untuk ikut naik perahu. Dasar anak ga bisa disayang dan sombongnya kelewatan, seperti yang kita tahu Kan'an (kalau dalam kitab agama lain saya ga tahu ya seperti apa penyebutan namanya) menolak ikut naik bahteranya Nuh.
Gagasan Darren ini ternyata berkolerasi dengan latar belakangnya dulu sebagai seoranga aktifis lingkungan. Waktu umurnya 17 tahun, Darren pergi ke Kenya dan Alaska untik terjun di sekolah alam dan jadi biologis lapangan.
Hal yang unik darri Darren adalah dia ini bikin film yang tidak spesifik. Dia ini selalu membuat sesuatu di antara genre dan karena keunikan gaya pensutradaraannya Darren, Timo Cahyanto yang malam itu jadi host bilang sampai nontonin filmnya Darren berkali-kali, ga bosen. Walau terkesan keras, Darren bukanlah tipikal sutradara yang mengagungkan kekerasan.
Obrolan Darren dan Timo soal objek tubuh dengan sudut pandang yang berbeda dari film The Wrestler dan Black Swan bikin saya juga pengen nonton film ini. The Wrestler menceritakan tentang kerasnya dunia gulat, sementara Black Swan terinspirasi dari saudara perempuannya yang berprofesi sebagai balerina. Yang satu keras, yang satunya lagi luwes dan gemulai. Seru kan?
Sama seperti obrolan Bu Susi dengan Mike Tyson, ada pandangan Darren soal hidup yang menarik buat disimak dan jadi motivasi bagi kita yang nonton, bahkan bagi kita yang cuma penikmat film saja lho. Walaupun ada obrolan yang sifatnya teknis soal film, obrolan mereka tetap seru dan bisa kita cerna. Saya dibuat ketawa waktu Darren bilang soal 'kentut karbon raksasa' yang dihasilkan industri film.
Serius VS Lucunya Robert De Niro
Nah kalau ini saya cukup familiar sama aktor yang usianya udah 77 tahun. Inget namanya ngingetin saya sama film yang berlatar dunia mafia di Ialia. Let's say The Godfather II atau The Untouchable.
Sebagai sosok bos mafia, Bob (gitu panggilannya) ga melulu meranin karakter yang serius atau tipikal dingin dan kejam.
Di serial yang tayang perdananya selalu live itu, ada Reza Rahardian dan Dino pati Jalal yang bertindak sebagai hostnya. By the way pas skrolin IGnya Reza yang lagi ceritain persiapannya mau live siaran, para followers yang kebanyakan emak-emak dan mbak-mbak ini pada galfok hahaha... Iya Reza nampak makin mature aja sih penampilannya malam itu.
Huss.... fokus Mbak, fokus
Jadi nih balik lagi ke Bob, dia ini pernah juga kok main di film yang genrenya komedi. Terus saya jadi keingetan sama adu aktingnya Bob sama Ben Stiller di film Meet The Parents (2000) dan Meet The Fockers (2004). Bob bermain sebagai mertuanya Ben Stiller yang ngeselin tapi dikemas dengan genre komedi. Film ini yang ini saya pernah nonton, lupa-lupa inget detail ceritanya tapi kok jadi pengen muter ulang filmnya ini deh.
Ada juga film beilau lainnya yan bergenre komedi dan lumayan populer, The King of Comedy. Hmmm... ini juga kayaknya ga kalah seru buat ditonton. Cari aaah....
Nah di episode ini Bob cerita gimana riset yang dia lakukan waktu meranin Vito Carleone. Sebagai aktor profesional, Bob mendalami aktingnya dengan melakukan pendekatan sama istrinya Vito Carleone aslinya (iya ini cerita asli, bukan fiksi yang diangkat jadi film dan populer pada masanya).
Selain 'pedekate' sama istrinya Carleone, Bob yang tampangnya selalu serius selama wawancara itu juga cerita dia sampe belain pergi Ke Sisilia untuk mendalami bahasa dan kehidupan orang-orang di sana.
Bob yang pernah jadi sutradara (2 film) ini cerita kalau dunia aktingnya sudah dimulai sejak usia 10 tahun terus pernah berhenti dan jalan lagi sampai sekarang. Bahkan di usianya yang udah senior, Bob masih dapat tawaran buat maen film
Walau tampangnya serius, Bob bukan tipe orang yang alergi sama yang namanya kritik. Menurutnya kritikan itu bagus, dan memberit ahu kebenaran. Penting banget untuk tau sebenarnya dari sisi lain.
Bob yang juga jadi salah satu yang menginisiasi hadirnya Festival Tribeca - festival untuk mewadahi para film maker muda - juga menjawab beberapa pertanyaan dari audiens yang masuk lewat nomer WA 0821-1241-6900, yang salah satunya adalah Jefri Nichol dedek emes, aktor masa depan Indonesia itu lho.
Siapa aja yang bisa nanya di acara ini? Bebaaaas. Ga harus jadi Jefri Nichol buat pertanyaannya dibacakan dan dijawab di acara ini. Kita juga bisa kok.
Selain epsiode-episode Living Live ini banyak film-film yag selalu diperbarui di Mola Lho. Termasuk di dalamnya ada film-film Darren & Luc Besson. Asik kan? Bikin wish list nonton saya makin berderet aja ini mah. Galau mau nonton yang mana dulu.