Satu waktu saya pernah bales-balesan komen di postingan twitter sama teman soal buku yang ternyata kebetulan jadi favorit kami. Buku yang kami bahas itu adalah terbitan luar dan luar biasa susah buat dapetinnya. Saya beruntung dapetin koleksi lengkap bahasa Indonesianya di sebuah pameran buku dengan harga yang super miring. Alhamdulillah, sesuatu ya *Syahrini style mode on*
Terus, temen saya yang lain nimbrung dan bilang saking sukanya juga sama koleksi buku ini, dia punya versi asli alias englishnya, juga dalam versi ebook. Sebanyak itu! hihihi... Ada juga koleksi versi cetaknya yang lebih dari satu. Karuan aja temen saya yang belum lengkap koleksinya itu nyamber. "Mau dong, siapa tau itu yang kebetulan dicari"
Ternyata yang lebih satu itu versi englishnya sodara-sodara...! Temen saya urung buat mengajukan diri sebagai adopternya.
Ngomong-ngomong soal buku bacaan berbahasa Inggris ini emang tantangan banget. Di rumah juga saya punya beberapa koleksi buku berbahasa Inggris dan sampai sekarang belum saya khatamin wkwkwk.... Ya abis yang nulis ini native, alias bule real (emang ada bule ga real?). Jadinya perlu effort buat membaca dan memahami tulisannya, kan? Gini deh kalau Englishnya pas-pasan.
Baca Novel English? Siapa Takut!
Tapi ternyata saya bisa memecahkan telur misteri itu, lho. Setelah telur to**ed yang bisa saya pecahin minimal sebulan sekali itu, akhirnya ada telur lain yang bisa saya pecahin. Dan telur yang bisa saya pecahin itu adalah berhasil membaca buku novel berbahasa Inggris. Horeee!
Bukan karena jumlah halamannya yang ga terlalu tebal, tapi juga pilihan kosa katanya yang sederhana, bikin saya cuek aja skip buat cek di kamus. Pikiran semacam "ini apa sih artinya?" bisa diabaikan karena kemudian jadi paham maksud ceritanya.
Sebelum lanjutin ceritanya, saya mau deskripsiin isi bukunya dulu.
Judul:
Randomness Inside My Head
Penulis:
Rijo Tobing
Penerbit:
Self Publishing (diterbitkan sendiri oleh Rijo Tobing)
Cetakan:
2016 (Kedua)
Tebal:
124 Halaman
ISBN:
978-602-6300-12-6
Randomness Inside My Head memuat 13 cerita pendek dengan genre cerita yang berbeda satu sama lain. Beberapa cerita di sini ada yang ditulis sangat pendek seperti Bid You Farewell (4 halaman) atau Prince Charming (4 halaman juga). Sementara cerita lainnya bertutur sedikit lebih panjang dengan tema yang itu tadi, beda-beda. Ga melulu tentang love atau romance. Misalnya cerita Prince Charming menggambarkan gimana paniknya seorang sosialita yang hidupnya penuh pencitraan, memakan biaya tinggi. Ternyata mau eksis harus dibayar dengan risiko yang mahal.
Curhatannya Lajang
Ada juga cerita lainnya yang sediki banyak mendekati kehidupan saya. Seperti Better Be Single
Awalnya bosen tapi lama-lama cuek kalau temen-temen pada nanya gini:
Kapan sih kamu nikah? Emang kamu ga pengen gitu?
Kok jomblo aja, sih? Kamunya pilih-plih kali ya?
atau ini
Kamu terlalu sibuk sih, jadi aja lupa nikah
Haduuuh rasanya gimana gitu ya kalau ditanyain kayak ini. Lebih bingungin daripada soal ujian! Tapi kadang saya jawab aja dengan becanda. Misalnya kayak gini:
Kenapa emang? Mau jadi sponsor weeding day aku nanti, ya? Cup, aku catet, ah!
Btw cup ini ungkapan dalam bahasa sunda, semacam nandain gitu wkwkwk.... Cukup skak mat juga, sih. Gimana coba kalau nanti beneran pas saya nikah terus nagih janji? padahal janji adalah utang hihihi.... Just kidding. Teman macam apaan yang seenak jedat gitu minta dibiayain? huehehe...
Balik ke cerita
Di kisah Better Be Single ini menceritakan dua gadis yang masih aja melajang di usianya yang udah ga muda lagi. Yang satu (Ava), segitu desperatenya pengen ganti status, dan satunya lagi (Zara) malah menikmati statusnya yang belum berubah dari single jadi double.
Obrolan antara mereka seakan menggambarkan situasi umum di mana para lajang-lajang saling curhat soal statusnya masing-masing. Keputusan yang diambil tidak bisa spontanitas karena harus mempertimbangkan juga faktor keluarga. Repot emang jadi single ini. Serba salah.
Relationship ala Friendzone
You see the spaces between word "boy" and "friend"?
- hal. 48
Ungkapan di cerita (One of Too) Many Girl Friend adalah salah satu cerita yang saya suka. Gimana, ya? Saya tuh tipe orang yang sangsi sama istilah temenan aja antara laki-laki dan perempuan. Yakin, ga ada yang kesetrum hatinya? Minimal salah satunya aja gitu?
Dan ini yang terjadi sama Em (iya namanya emang gitu) dan Alex. Dua-duanya cuma sahabatan meski Em menyangsikan Alex bisa menta hatinya, ga bakalan ada kebat-kebit di hatinya gitu diantara gadis-gadis yang mengelilingi.
Bisa dibilang Em yang memulai Em yang mengakhiri. Em yang nantangin Alex buat jalan sebagai teman aja Em juga yang ujungnya ngajak jadian. Cewek emang ribet soal perasaan ya wkwkwk...
Dan Alex yang kayaknya ga kepengen buat membangun relationship sampai jenjang pernikahan keukeuh dengan pendapatnya semula.
Cukuplah kau berteman dengankuuu...
Janhan kau meminta lebih
Deuh, kebayang gemes dan ngenesnya saya kalau jadi Em. Ya iya sih, awalnya sepakat untuk ga jadian Tapi tegangan hati siapa yang tau? Ya, kan? Ga bisa kayak bunga bank yang nganut sistem flat.
Di akhir cerita saya puas dengan eksekusi penyelesainnya yang manusiawi. Ya gitu deh, namanya juga nyesel ga kenal kata early bird alias muncul di awal wkwkwk.... *biasa aja Fi, ga usah pake hati*
Tuh, seru, kan?
Giveway Time
- Giveaway ini dimulai tanggal 15 Maret dan akan berakhir tanggal 22 Maret 2021. Seminggu aja waktunya. Cukup lah, ya?
- Harus tinggal di Indonesia (untuk pengiriman hadiah)
- Follow dulu IG penulisnya dan saya juga dong (randomnessinsidemyhead & @efi_thea).
- Follow juga blog penulis di www.rijotobing.wordpress.com, dan blog saya ini resensi efi.my.id (opsional, ya)