Buat sebagian banyak orang, keberadaan jasa valet parking di resto atau tempat makan sejenis adalah 'fitur' tambahan yang membantu. Ga gratis sih ya. karena harus ngasih tip. Tim yang suka praktis-praktis sih seneng aja. Buat petugas valet ya ini sih rejeki. Ada tip dari tamu yang sesekali waktu seperti rejeki nomplok.
Riskonya buat yang punya mobil, ya misal mobilnya jadi codet, lupa matiin ac, pas mau pulang harus nunggu lama atau kelalaian petugas lainnya.
Buat petugas valet, sebenarnya dapat tip gede atau kecil yang diterima ya udah itu rejekinya. Namanya juga tip, kan. Seikhlasnya yang ngasih aja.
Gagasan cerita tentang petugas valet dan salah satu pelanggannya ini yang diangkat oleh Film Bad Samaritan. Film yang rilis tahun 2018 ini sudah tayang di bioskop 2,5 tahun lalu. Beberapa waktu lalu saya baru kesampaian nonton versi streamingnya di Mola TV. Dipikir-pikir udah lama juga nonton film model Bad Samaritan yang mengusung genre thriller mystery yang bikin saya deg-degan serasa ikut merasakan apa yang dialami sama tokohnya.
Kok, bisa? Yuk saya ceritain di sini. Sebelumnya kita kenalan dulu sama cast dan profil film ini dulu, ya.
Judul:
Bad Samaritan (2018)
Cast:
David Tennant (Cale Erendreich)
Robert Sheehan (Sean Falco)
Kerry Condon (Katie)
Carlito Olivero (Derek Sandoval)
Jacqueline Byers (Riley Seabrook)
Sutradara:
Dean Devlin
Genre:
Mystery & Thriler
Rate:
18+
Awal Cerita
Sean yang punya hobi motret punya kerja sampingan sebagai petugas valet bersama temannya, Derek di sebuah restoran mewah. Kedunya punya kebiasaan nakal untuk mengutil ketika yang punya mobilnya lagi makan.
Caranya mereka bukannya markirin mobil tamunya tapi dibawa nyetir ke rumahnya, ngambil barang yang mereka suka seperti kamera, cincin atau voucher (iya voucher, iseng banget kan?), dan segera kembali ke resto sebelum pemiliknya selesai makan. Untuk urusan waktu mereka cukup efisiensi, gercep alias gerak cepat. Mobil-mobil yang dibawa segera tiba pada waktunya.
Sampai kemudian, Sean dan Derek kena batunya ketika bikin ulah sama tamunya Cale Erendreich. Sean takjub banget pas lihat mobilnya Cale ini bukan cuma mahal tapi canggih. Fitur-fitur di dalamnya berteknologi tinggi.
Pas di bagian ini saya jadi paham kalau ga semua orang seneng atau terbantu dengan adanya petugas valet. Cale sempet ngasih warning sama Sean harus ini itu dan ga boleh merokok di dalam mobil. Buat sebagian orang, aroma berbeda di dalam mobil itu gengges alias ganggu. Saya juga gitu, ga nyaman kalau pas naik mobil (sebagai penumpang taksi online sih ya hahaha) ternyata mengendus aroma rokok yang tersisa. Dari situ saya suka menilai nih orang jorok apa enggak.
Sama seperti korban-korban sebelumnya, Sean juga menjarah rumah Cale dan cuma ngambil kartu kredit. Cuma, karena masih banyak barang mahal lainnya di sana. Sialnya Sean menemukan Katie yang terikat dikursi dengan mulut tersumpal di sana. Sean bersumpah akan kembali untuk menyelamatkan Katie.
Sean memang kembali (nyaris) tepat waktu dan mengembalikan mobil pada Cale. Sambil panik dan ketakutan, keduanya menyusun rencana untuk mengadukan Cale sama polisi.Keduanya berhasil melaporkan pada polisi soal temuan Sean ini. Saya tersenyum kecil lihat kelakuan dua pengutil yang melaporkan kejahatan besar ini. Sama-sama melanggar hukum cuma level dan caranya aja yang beda.
Jangan Iseng Sama Psikopat
Masalahnya malah makin runyam karena Cale tidak sebodoh yang Sean kira. Cale ternyata tau apa yang terjadi ketika rumahnya ditinggalkan dan berhasil mengelabui polisi yang melakukan pengecekan ke TKP. Sean diposisikan seakan-akan anak halu yang ngerjain polisi. Ga ada Katie di sana seperti yang dilaporkan oleh Sean dan Derek. Yang ada Cale jadi beringas dan mengincar keduanya untuk membalas dendam. Melihat jejak penyiksaan yang tampak di wajah Katie, Sean sadar betul Cale ini bukan manusia yang waras. Cale malah bisa mengakses semua informasi tetnang Sean dan Derek untuk menciptakan teror sembari melanjutkan hobi sakitnya itu menyiksa Katie.
Sebenarnya di awal cerita, film ini sudah memberi sedkit petunjuk kenapa Cale jadi seorang psikopat. Namun cerita lebih fokus kepada sensasi deg-degan yang dialami oleh Sean dengan hadirnya teror-teror dalam hidupnya. Sean ga peduli sama rekam jejaknya yang suka ngutil itu. Dia rela ditahan polisi asal polisi mau membongkar misteri yang terjadi di rumah Cale. Ketika banyak penjahat kecil yang berakhir meringkuk di penjara, Sean malah harus memelas agar polisi mau meluangkan lebih banyak waktu mendengar cerita. Boro-boro digubris, Sean dan Derek harus mati-matian menyelamatkan diri dari incaran Cale yang semakin beringas.
Buat saya, film berdurasi 1 jam 45 menit ini berhasil mengirimkan ketegangan yang dialami Sean dan Derek pada penonton. Kadang saya jadi menghela napas atau ngomel-ngomelin Sean, dan gemes pengen nolongin dia gitu.
Tentang Cast dan Akting
Gagasan film Bad Samaritan tentang penculikan, penyekapan dan kegilaan seorang psikopat memang bukan hal yang haru. Selain itu nama-nama cast yang terlibat juga bukan aktor-aktor besar yang familiar buat penonton awam. Tapi harus diakui akting gilanya Cale yang diperankan David Tennant ini bikin saya betah buat mengikuti film sampai selesai. Sampai-sampai ssaya jadi mikir juga don't judge book by it's cover itu rada-rada absurd.
Dari ekspresi dan cara Cale melirik atau menatap di parkiran, Cale udah menunjukan sikap angkuh dan intimidatifnya. Tapi ketika kamera ngeshoot Cale saat berbincang dari jarak jauh, Cale tampak ramah dan santai sebagai orang teman. Kadang orang kayak Cale ini bisa nunjukin sinyal 'don't mess up with me' saat bertemu orang baru. Tapi ketika ketemu kliennya, atau circle terdekat Cale jadi tampak lebih manis. Ya iyalah, namanya juga punya kepentingan.
Lebih Peduli Sama Orang Lain
Sean yang udah punya pacar Riley jadi nekat membuat dirinya terbenam dalam situasi berisiko untuk menyelamatkan Katie yang bukan siapa-siapa. Kepeduliannya Sean sama Katie ini malah bikin caranya Riley juga ga lepas dari ancaman teror yang diciptakan sama Cale. Sean yang urakan, semau gue ternyata punya sisi lan yang membuat dirinya care dan rela melakukan apa saja buat Katie yang bagi orang lain bodo amat lah. Gue ga peduli, dan ga kenal dia ini. Sean ga ada alasan kuat buat menyelamatkan Katie selain kasian dan ya gue emang pengen nolong aja.
Adu Pintar
Walau Sean diposisikan pahlawan dalam film ini, sesungguhnya yang berhasil mencuri perhatian dalam film ini adalah Cale yang sakit itu tadi. Aksi nekatnya yang ga segan-segan menghancurkan properti mahal miliknya. Cale yang pintar tapi sakit dibuat frustasi saat mengejar buruannya. Sean yang culun dan dipepet situasi selalu menemukan celah untuk mengulur waktu main kucing-kucingan dengan Cale.
Dengan genre yang thriller dan misteri, film ini ga ngasih saya perasaan takut atau khawatir misalnya jadi takut tidur. It's just a movie. Tapi saya ngerasa terhibur dengan kenakalan Sean yang ngerjain Cale. Bikin saya sempat ngikik dibuatnya walau nuansanya dark. Sean punya keberuntungan walau harus jungkir balik dan babak belur menghadapi manusia kejam dan sinting macam Cale. Sebagai penonton kita juga mikir untuk memaafkan Sean untuk 'kejahatannya' yang pernah dilakukan.
Cale memang ngasih ancaman jangan usil sama orang kaya (juga psikopat) seperti dirinya. Tapi Cale lupa, Sean yang tampak bodoh punya keberuntungan yang membuatnya tidak mudah dikalahkan. Di sisi lain, Sean juga seakan bertobat dari kenakalannya dulu gara-gara berurusan sama sama Cale. Cara bertobat yang bikin Sean beneran shock.
Teman-teman yang waktu itu ga kebagian nonton film Bad Samaritan ini, cus lah nonton film ini sekarang, juga. Dan saksikan adu aksi dan pintarnya Sean vs Cale..