Saya pernah bercanda sama teman-teman soal film yang temanya ga jauh dari poligami. Kenapa ya, banyak yang suka film bertema seperti ini tapi dalam realitanya ga mau ngalamin posisi dipoligami Satu waktu saya abis nonton film bertema seperti ini dan membahas dengan teman salah satu adegan yang menurut kami lucu. Tau tidak? Tiba-tiba saja ada ibu-ibu di belakang kami nimbrung. Gini katanya, "Dasar ga punya perasaan!"
Walau sempat bingung kenapa diomelin orang yang ga kenal. kami menanggapinya dengan tertawa . dan tidak meladeninya. Biarin aja, jangan 11-12 hahaha. Belakangan saya mikir lagi soal preferensi para wanita yang suka nonton film poligami tapi anti dengan kondisi seperti ini.
Kejadian waktu itu bikin saya tambah penasaran.Di satu sisi, penonton seneng banget menikmati drama yang disajikan di layar lebar, namun di sisi sisi kita menolak keras kenyataan yang sama terjadi di kehidupan nyata. Jadi kalau ada yang spontan ngomel-ngomel pas nonton film kayak begini, tuh seperti terfasilitasi.
Nah, beberapa waktu lalu saya abis nonton film Fedi Nuril terbaru, 1 Imam 2 Makmum. Kalau inget nama aktor ini biasanya ga akan jauh-jauh sama label poligami. Ya, ga? Ya walaupun ga sepenuhnya salah karena ga semua film Fedi isinya tentang poligami, lho. Termasuk yang satu ini. Walapun dari posternya cukup menggiring opini penonton sama isu (lagi-lagi) poligami.
Oiya katanya sih film ini terinspirasi dari kisah nyata. Saya belum nemu sih cerita siapa yang diangkat ke layar lebar. Tapi dalam keseharian kayaknya banyak kita temui dalam keseharian.
Ceritanya Anika yang diperankan Amanda Manopo dijodohkan dengan Arman (Fedi Nuril). Ibunya Arman (Marini Sumardi) dan Windi (Sari Nila), kakaknya Arman adalah pemilik di mana Anika bekerja. Anika yang sendirian ga punya siapa-siapa dirasa pas untuk menggantikan posisi Leila (Revalina S Temat) yang sudah lama meninggal karena satu penyakit.
Arman yang malas berdebat dan terjepit dengan kondisi ibunya yang koma akhirnya menyanggupi untuk menikahi Anika dalam suasana duka (pernikahannya dilaksanakan tidak lama setelah ibunya Arman meninggal). Satu alasan lainnya adalah penerimaan dari Yasmin, anaknya Arman yang juga menyukai Anika.
Tapi ternyata tidak semudah itu meluluhkan hati Arman dan merebut posisi Leila di hati Arman. Begitu ijab kabul selesai Arman sudah menunjukkan sikap judesnya yang bikin gemes. Arman tidak langsung mengumumkan pernikahannya dengan alasan yang mengada-ada. Saat menempati rumah Arman pun Anika diberi kamar yang terpisah, tidur masing-masing. Bahkan waktu Anika ngajak salat bareng, Arman masih berkelit tidak mau berjamaah. Imam macam apa nih?
Gimana para ciwik-ciwik, emak-emak? Pada scene ini udah bikin kesel belum? Anika yang bingung semacam "hah, pisah kamar? seriusan ini?" cuma iya -iya aja. Oke, memang perlu adaptasi.
Tapi ternyata ulah Arman yang ngajak ribut dengan sikap dinginnya itu makin menjadi-jadi. Arman setengah hati mengenalkan Anika pada teman-teman kantornya sampai melarang Anika memasuki kamar Arman - yang dulu ditempatinya bersama Leila.
Alih-alih meluluhkan Arman, Anika sebenarnya bukan cuma bikin Yasmin atau Windi jatuh hati. Teman-teman kantor Arman yang komplit dengan kelurganya juga gurunya Yasmin malah seneng dengan keberadaan Anika sebagai Ibu Arman yang baru. Tapi dasar Armannya yang keras kepala tetap saja bersikukuh dengan sikapnya yang dingin.
Di satu waktu, Anika mendengar selintas petikan gitar yang menyahat hati dari kamar Arman. Arman ternyata belum move on dari masa lalunya, Leila. Hal seperti ini bukan cuma aneh bagi Anika tapi bikin cemburu. Tapi cemburu sama almarhumah?
Gimana sih? Ga logis kan? Anika sampai menyambangi makamnya Leila, meminta restu untuk menggantikan posisi Leila. Harusnya part ini terasa makin emosional kalau saja deleted scene ini tetap tayang. Saya merasa kemarahan Anika lebih terasa di sini dengan sikap Arman yang ga jelas itu. Ah sayang banget.
Kalau teman-teman bertanya kenapa judulnya jadi 1 Imam 2 Makmum? Dalam salah satu adegan, film ini mencoba menyampaikan pesan tersiratnya. Ini juga yang jadi alasan Arman tidak pernah mau salat berjamaah dengan Anika. Karena bagi Arman, cuma Leila yang pantas jadi makmumnya. Nyebelin kan?
Menjadi yang kedua ternyata tidak seindah menjadi 'ani-ani' yang bikin seorang laki-laki luluh dan mau memberikan perhatian yang berlebih. Ani yang pake "ka" ini dibuat jungkir balik untuk mendapat tempat di hari Arman.
Judul "1 Imam 2 Makmum" bisa dibilang rada provokatif.Seakan ingin menegaskan posisi Anika sebagai "makmum" kedua setelah Leila. Ada banyak hal tentang pernikahan, salah satunya kesetaraan, bukan cuma siapa yang menjadi imam dan makmum.
Padahal ya, kalau salat berjamaah, makmumnya bisa dalam posisi bersisian lho, ga ada makmum paling depan dan makmum berikutnya harus di belakang, kecuali tidak ada ruang lagi yang membuat makmum lainnya harus bergeser. Tapi kan space buat salat di belakang Arman itu masih bisa diisi kok. Space salat, lho ya yang saya maksud di sini.
Anyway, yang membuat film ini bikin betah ditonton adalah colorgradingnya yang enak di mata juga wardrobenya Anika yang lucu bisa jadi referensi. Apalagi kostumnya Anika waktu berkebun itu. Duh lucu banget deh.