Waktu tahu kalau novel ini berisi 60-70% konsep bisnis dan 30-40% fiksi romance saya sempat berpikir, really? Dari sampulnya yang menggemaskan saya tidak merasakan novel ini bakal memuat sesuatu yang bisa bikin kepala pening.
Ternyata, novel ini bukan hanya kisah cinta remaja, tapi juga tentang bagaimana strugglingnya seorang Sofia, anak SMA yang berjuang memenuhi ambisinya untuk sukses dalam bisnis. Dikemas lewat kisah romantis remaja, konsep bisnis yang dalam tapi disajikan dengan ringan membuat novel ini memberikan pengalaman menyenangkan saat membacanya.
Dari judulnya novel ini pun sebenernya sudah menyiratkan tema besar yang jadi garis besar ceritanya. Pemilihan judul yang menarik. Ditambah lagi sampulnya yang fresh dan berkesan anak muda banget.
UNFINISHED BUSINESS
Urusan (bisnis) yang belum selesai? Hmmm seperti apa ya?
Baiklah saya perkenalkan dulu tokoh utama di novel ini.
Namanya adalah Sofia. Seorang gadis SMA yang punya luka batin dengan sikap papa terhadap mamanya. Tidak tahan dengan masalah ekonomi yang menghimpit, papanya Sofia malah pergi dengan perempuan lain dan menganggap Sofia dan ibunya cuma beban yang tidak ada gunanya. Sebelum berpisah, papanya Sofia sempat 'menghadiahi' kekerasan hingga memahatkan api dendam dalam diri Sofia. Sebuah dendam yang tidak pernah Sofia bayangkan akan menjadi bencana kelak di kemudian hari.
Memulai Hidup Baru
Demi ketenangan, Sofia ikut mamanya pindah ke Malang dan memulai hidup baru dengan bekal tabungan yang pas-pasan. Apa pun yang terjadi, Mila - mamanya Sofia melarang Sofia untuk berbisnis. Yang harus Sofia lakukan adalah sekolah. Cuma itu saja. Mamanya Sofia pun melarang gadis semata wayangnya untuk terjun ke dunia bisnis. Business is dirty, jangan pernah dekat-dekat. Pengalaman pahit membuat mama memberi perngatan keras seperti itu pada Sofia.
Sofia yang membenci sikap papanya malah punya motivasi lain. Ia harus berhasil dan membuat papanya menyesal karena sudah mencampakkan mama dan dirinya. Karenanya begitu tinggal di Malang Sofia sembunyi-sembunyi mencari kesempatan untuk kerja part time demi merintis karir bisnisnya.
Udara yang sejuk tidak serta merta membuat hidup Sofia menjadi sejuk sebagai pendatang baru di kota itu. Hanya Yelena yang bisa menjadi sahabatnya sementara teman-teman baru lainnya menjadikan gadis culun itu sebagai target bullying yang menyenangkan.
Sampai kemudian Sofia bertemu Patrick. Cowok judes namun jadi idola anak-anak SMA di kota Malang itu bukan hanya menyelamatkan hidup Sofia dari kejailan teman-temannya tapi juga menawarkan sebuah pekerjaan yang tidak bisa ditolak. Menjadi asisten bos besar PT Indo Properti Maju. Too good to be true. Kok bisa ya? Sofia tidak terlalu memikirkan. Yang penting ambil dulu kesempatan ini.
Misi Berat
Sofia harus berpura-pura belajar kelompok agar mama tidak mengetahui aktivitas dirinya selepas pulang sekolah. Apa yang harus Sofia lakukan bukan sekadar jadi si anak magang yang mengerjakan pekerjaan receh untuk mendapat tambahan uang jajan. Dirinya mendapat misi berat untuk mengungkap praktik kecurangan di dalam tubuh perusahaan!
Berkat Yelena, Sofia bisa mengecoh orang-orang diperusahaan kalau ia bukan anak ingusan. Yelena yang punya selera tinggi soal looks menyulap sahabat barunya itu sebagai anak fresh graduate yang memang wajahnya imut seperti anak sma. Gara-gara ide Yelena ini saya jadi memasukin film The Devil Wears Prada yang dibintangi Anne Hathaway dalam list film yang akan saya tonton. Karena new looknya itu juga Patrick yang terkesan arogan dan galak diam-diam jatuh cinta pada Sofia.
Gimana dengan Sofia? Sekeras apa pun gadis itu membantah, Yelena tau betul kalau Sofia sebenarnya geer dan tersanjung dengan perlakuan Patrick. Masalahnya keduanya punya gengsi yang sama-sama tinggi untuk menunjukan isi hatinya. Semacam perasaan "dih, ngapain ngaku suka sama dia? ogah!"
Hanya Yelena dan Alan (sahabatnya Patrick yang peka) dengan situasi yang terjadi. Tapi dasar keduanya keukeuh mempertahankan harga dirinya, Sofia dan Patrick menjalin komunikasi seperti anjing dan kucing. Selalu saja ada alasan bagi keduanya untuk ribut namun diam-diam saling mengagumi. Cara Yelena dan Alan menggoda Sofia atau Patrick bakal membuat kita senyum-senyum. Memang paling seneng ya menggoda orang yang sedang jatuh cinta tapi denial seperti mereka.
O ya ngomong-ngomong Patrick juga pengalaman tidak menyenangkan dengan papanya. Bedanya Patrick lebih beruntung secara materi. Tapi hal itu tidak lantas membuat hidup Patrick jadi baik-baik saja. Kadang kita lupa untuk mengukur hidup orang dengan menggunakan alas kaki yang sama. Sofia merasa Patrick itu beruntung tidak seperti dirinya. Keduanya punya kesamaan dalam hal motivasi: sebuah pembuktian bagi papa kalau mereka bisa berhasil sebagai pengusaha.
Punya Mentor Andal
Awal terjun ke dunia bisnis, Sofia hampir saja menyerah kalau saja tidak mendampat bimbingan dari Om Chandra. Ayahnya Yelena itu dengan senang hati membimbing Sofia, menjadi tempat bertanya banyak hal bagi Sofia soal dunia perusahaan.
Wejangan pertama yang didapatkan dari Om Chandra adalah seperti ini:
"Kalau mental dan kontrol emosi kamu jelek, kamu akan susah maju"
Sebuah poin penting dan nomer satu bagi siapa pun yang sudah mengenal dunia kerja. Tidak selamanya dunia terasa ramah dan menyambut kita. Akan selalu ada orang yang membuat kita tidak nyaman. Kita memang tidak bisa mengontrol sikap orang lain. Tapi kita bisa mengontrol sikap kita, kan? Mau tidak mau kita lah yang harus beradaptasi dengan keadaan. Sebagai pemilik uang yang menggaji karyawan, ya suka-suka mereka mau melakukan apa aja. Menyebalkan memang tapi begitu faktanya.
Sebuah nasihat lain bagi Sofia agar tidak gampang baper dari Om Chandra
"Kelak kamu akan bertemu dengan bermacam-macam orang dengan berbagai kepribadian dan latar belakang. Kamu harus mengatasi hal itu kalau mau jadi pekerja atau pengusaha sukses".
Mari kita beri high light, berlaku untuk karyawan atau pengusaha. Jangan gampang baperan.
Naluri Detektif
Ini juga bagian yang saya suka ketika Sofia punya naluri tinggi untuk mengendus ada sesuatu yang tidak beres dan bisa menyimpulkan siapa saja yang terlibat. Walau dibuat penasaran dengan alasan kecelakaan yang menimpa Reinaldi saya bisa mengabaikan masalah ini. Sepanjang membaca novel ini saya jadi ikut menduga-duga, siapa ini orangnya? Ah, sayang sekali dugaan saya meleset. Tapi kemudian saya teringat dengan pesan Om Chandra pada Sofia agar berhati-hati dengan orang yang bermuka dua.
Talenta Sofia
Kombinasi keinginan untuk tumbuh dan berkembang, support ndari circle terdekat (Yelena dan Om Chandra) dan kerja keras, performa Sofia, lekas membuat Patrick takjub dan tidak menyesal menjadikan gadis itu sebagai asistennya.
Bukan cuma kejujuran yang membuat Patrick merasa Sofia adalah orang yang tepat menjadi asistennya tapi juga kecerdasannya menganalisa masalah dan keberaniannya untuk menyampaikan pendapat.
Dalam sebuah rapat, Sofia pun tidak bisa menahan emosinya saat merasa kaum perempuan dianggap tidak mampu mengemban tanggung jawab. Ia berani berargumen jika perempuan pun punya skill yang mumpuni dan kesempatan yang sama untuk sukses dalam bisnis. Bagi Sofia, urusan tanggung jawab keluarga karena baik suami dan istri bekerja bukan masalah. "Seandainya kedua orangtua bekerja sama, perempuan nggak mesti berhenti bekerja demi anak"
Di sinilah masalahnya. Praktik kecurangan yang terjadi di tubuh perusahaan membuat hidup Sofia jadi neraka. Teror dan ancaman berkali-kali datang. Bukan hanya karirnya yang terancam tapi juga keberadaan mamanya yang tidak tahu menahu kalau Sofia diam-diam bekerja. Patrick sempat marah karena Sofia tidak segera memberi tahu situasi yang yang dialaminya.
Sejujurnya saya surprise dengan gaya narasi dalam buku ini. Sebagai penulis baru, Edwin Lucas bisa menghadirkan cara bertutur yang lincah, jauhd ari kesan canggung atau kaku. Pada beberapa part saya turut merasa gemas dan seolah-olah hadir di dalam kisah. POVnya sebagai tokoh wanita terasa natural seperti ketika Sofia saling meledek dengan Yelena soal perasaan. Di lain halaman saya dibuat ter senyum- senyum ketika Sofia dan Patrick chating:
+: Perasaan tiap Bos WA aku selalu fast respon deh-: Kok pesan kamu bernada, ya. Bacanya bikin langsung kebayang ekspresi jutek kamuBenar-benar cari perkara nih orang! Kasihan ponselku jadi kutatap dengan penuh emosi
Dengan mengambil latar kehidupan Sofia sebagai anak SMA penulis juga mengangkat isu soal bullying di kalangan anak SMA. Perbedaan latar belakang, status sosial, ras menjadi pemicunya. Kadang saya dibuat salut dengan manajemennya Sofia, itu gimana ya ngatur waktunya? Pulang sekolah terus kerja sampai jam 7 malam. Bagaimana memanage waktu untuk pr-prnya atau tugas-tugas kantornya atau mencuci baju kerja diam-diam biar tidak ketahuan mama? Pun ketika Sofia menjalani tantangan bisnis resto 5 hari dan meninggalkan sekolahnya. Mungkin akan lebih mudah dipahami kalau Sofia ditampilkan sebagai anak kuliahan.
Tapi seperti pada tulisan saya di catatan-efi.com, lewat novelnya, penulis punya misi untuk mendorong siapa saja tidak ragu untuk berbisnis bahkan sejak masih SMA. Memulai dengan sesuatu yang kita suka. Kalau kita tidak suka, bagaimana orang lain akan menyukai? Namun juga dalam kasus yang sama penulis menyisipkan pesan untuk memulai produk yang sesuai dengan konsumen, bukan mencari kosumen yang pas untuk produk yang kita jual.
Seperti sedang makan roti sandwich, Unfinished Business menyajikan part cerita yang penuh kejutan. Seperti tudingan Sofia yang jadi ani-ani pengusaha, hampir celaka diserempet mobil sampai kejutan sikap Sofia yang sedang stres dalam situasi yang hectic. Saya turut merasakan patah hati yang dirasakan oleh Patrick.
Novel setebal 249 halaman itu bisa saya selesaikan dalam sehari dan memberi saya banyak insight soal bisnis. Andai novel ini sudah hadir waktu saya masih SMA ya? Hahaha... Tapi beneran deh ini masih aplikatif dengan keseharian kita. Entah dalam urusan berbisnis atau juga menata hati dan emosi dengan orang lain yang terasa menyebalkan sampai ke ubun-ubun.
Jangan sampai tanpa sadar sikap orang yang kita benci itu malah diduplikasi dan menyeret kita pada masalah besar dan berisiko kehilangan orang-orang yang kita sayangi. Memang benar, musuh terbesar yang harus kita lawan bukan orang lain tapi monster kecil dalam diri yang kita pupuki dengan api dendam.
Ucapan Sofia saat memberikan pesan kepada tim restonya seakan menyiratkan kehangatan rumah yang dirindukan olehnya juga Patrick. Kedunya merindukan rumah yang hangat dan penuh cinta. Hanya saja saat itu mereka sibuk terbius ambisi demi sebuah pembuktian:
Wangi dan rasa makanan seperti mesin waktu yang bisa membawa kita ke masa-masa paling berkesan dalam hidup. Aku ingin kita semua bekerja sepenuh hati, menyajikan makanan terbaik bagi siapa pun yang datang ke sini. Memberikan mereka makanan yang bukan hanya menjadi energi tetapi juga perasaan pulang ke rumah. Tempat paling hangat dan nyaman yang selalu dirindukan.